Kenaikan harga beras menjadi momok inflasi di sisa tahun terutama ketika dampak fenomena El Nino semakin sering menggagalkan panen di berbagai daerah akibat kekeringan. Prediksi Kementarian Pertanian, El Nino berisiko membuat tanaman padi di atas lahan 2.269 hektare gagal panen tahun ini. Yaitu sebanyak 1.800 ha terancam puso, lalu dari 20.255 ha lahan yang kekeringan terdapat 469 ha yang terancam gagal panen juga.
Untuk Januari-Oktober, produksi beras diperkirakan mencapai 29,2 juta ton. Sementara Oktober-Desember, konsumsi beras akan melampaui produksi sehingga ada risiko kenaikan harga beras akan terus berlanjut di sisa tahun ini. Catatan Bahana, Januari-Juni 2023, rata-rata impor beras pemerintah mencapai 177.800 ton atau US$ 94,3 juta per bulan, itu adalah angka impor tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
Pada kesempatan sidak ke pasar modern Sabtu kemarin, Direktur Utama Bulog Budi Waseso menyebut, cadangan beras pemerintah untuk keperluan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar (SPHP) saat ini berada di level aman. Pasokan melimpah di seluruh pasar-pasar daerah yang disalurkan melalui pedagang maupun pengecer.
"Kami pantau secara terus menerus situasi sekaang ini. Stok cadangan beras pemerintah yang kami kuasai saat ini sebanyak 1,6 juta ton," jelas Budi.
Pemerintah meminta masyarakat tidak panik karena stok beras masih memadai untuk kebutuhan stabilisasi harga beras sepanjang tahun. Senin pekan depan, kata Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, pemerintah juga akan merilis Beras Bantuan Pangan (bansos) sebanyak 640.000 ton dan kucuran itu diharap bisa menstabilkan harga beras.
Stok yang diklaim aman itu nyatanya sejauh ini belum mampu meredakan lonjakan harga beras. Hari ini, harga beras di pasar tradisional maupun pasar modern masih melanjutkan kenaikan.
Di pasar tradisional, Beras Kualitas Bawah II mencatat kenaikan harga tertinggi hingga 2,83% menjadi Rp12.700/kg. Sementara Beras Kualitas Bawah I naik 1,57% ke level Rp12.900/kg.
Sedangkan Beras Kualitas Medium, yang terbanyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, baik yang Medium I maupun II masing-masing mencatat kenaikan 1,44% dan 1,47% menjadi Rp14.100/kg dan Rp13.850/kg.
Beras Kualitas Super I bahkan telah menembus harga Rp15.400/kg, naik 1,65% dibanding sehari sebelumnya. Sementara Beras Kualitas Super II naik 1,37% ke kisaran Rp14.800/kg hari ini.
Selasa pekan lalu, rata-rata harga beras masih berada di kisaran Rp12.500/kg sampai yang termahal di Rp15.300/kg di pasar tradisional.
Sementara di pasar modern, hari ini harga beras kesemuanya juga naik kecuali Beras Kualitas Super I yang turun 1,6% menjadi Rp15.500/kg. Untuk Beras Kualitas Medium banderolnya antara Rp14.300-Rp14.700 per kilogram.
Malaysia batasi pembelian
Negara-negara ASEAN tengah berjibaku menghadapi tantangan keamanan pangan dengan beberapa negara mencatat lonjakan inflasi akibat beras seperti Filipina. Sementara Indonesia yang mencatat deflasi bulan lalu masih membukukan kenaikan harga beras bahkan mencapai rekor tertinggi sejak 2015 silam.
Yang terbaru, Malaysia membatasi pembelian eceran beras dan meningkatkan pengawasan untuk mencegah manipulasi penjualan beras lokal dengan harga impor yang lebih mahal.
Warga negeri jiran akan dibatasi dalam membeli beras sebanyak 100 kilogram per orang sampai masalah pasokan beras di Malaysia mereda.
Dalam kesepakatan pada 5 September lalu, para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen mereka untuk meningkatkan mekanisme cadangan darurat.
Para pimpinan 10 negara ASEAN tengah menyusun pernyataan bersama dengan Australia, Kanada dan india untuk memperkuat ketahanan pangan dan nutrisi dalam menanggapi krisis.
Arsjad Rasjid, Ketua ASEAN Business Advisory Council menyatakan, perusahaan-perusahaan juga tengah menjajaki cara-cara untuk berbagi keahlian dalam memitigasi dampak El Nino terhadap tanaman pangan atau bahkan berniat melakukan investasi bersama dalam proyek-proyek untuk mendukung ketahanan pangan.
"Jangan hanya berpikir untuk negara. Jangan hanya berpikir untuk perusahaan besar dengan banyaknya food estate ini. Pastikan tidak ada yang tertinggal," katanya seperti dilansir oleh Bloomberg News, Selasa lalu.
-- dengan bantuan laporan dari Pramesti R. Cindy.
(rui)