Indeks dolar AS terpantau mencetak penguatan selama delapan pekan berturut-turut, rekor reli terpanjang the greenback sejak 2005, kebanyakan terdorong oleh spekulasi bank sentral Amerika yang diprediksi akan melanjutkan lagi kenaikan bunga acuan, menyusul perekonomian Negeri Paman Sam yang terlihat masih cukup tangguh.
Kenaikan harga minyak dunia hingga di atas US$ 90 per barel juga memicu kecemasan bahwa akan terjadi kenaikan inflasi lagi baik di negara maju maupun negara berkembang, di mana itu bisa menjadi kabar buruk karena membuka peluang kenaikan bunga acuan lagi.
Tekanan eksternal membuat pamor pasar obligasi domestik semakin muram. Indeks IDMA berwarna merah selama lima hari berturut-turut. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kehilangan 0,76% sepekan ini.
(rui)