Keduanya lahir sebagai tanggapan terhadap gejolak ekonomi. Pemimpin dari negara-negara demokrasi industri terkemuka—Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan AS—pertama kali bertemu pada tahun 1975.
Kumpulan negara ini membahas respons yang terkoordinasi terhadap krisis minyak pertama. Kanada bergabung pada tahun 1976, menjadikannya G-7. Kelompok ini menjadi G-8 pada tahun 1998 dengan tambahan Rusia, tetapi negara ini diajak setelah menggabungkan wilayah Krim Ukraina pada tahun 2014.
G-20 berdiri tahun 1999 setelah krisis keuangan Asia tahun 1997-1998. G-20 sebagai forum informal yang lebih luas bagi menteri keuangan dan gubernur bank sentral untuk membahas “stabilitas ekonomi dan keuangan.”
Sejak krisis keuangan global tahun 2008, ini menjadi pertemuan tahunan para pemimpin pemerintah. Tidak ada staf permanen atau markas besar untuk keduanya, sebaliknya anggotanya bergantian setiap tahun menjadi keketuaan dan menetapkan prioritas.
G-7 pada dasarnya terdiri dari AS dan sekutu, sedangkan G-20 jauh lebih luas dan mencakup anggota BRICS asli. Secara kolektif, kelompok ini mewakili 85% dari produk domestik bruto (PDB) global, 75% perdagangan internasional, dan dua pertiga populasi dunia.
2. Siapa saja negara anggota G-20
Mereka adalah: Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, dan AS, ditambah Uni Eropa.
Pada hari Sabtu (9/9/2023), negara-negara G-20 sepakat memberikan status keanggotaan permanen kepada Uni Afrika sebagai langkah untuk memberikan suara lebih kuat kepada benua tersebut atas isu-isu global.
3. Siapakah yang hadir selain anggota utama
Selain anggota kelompok, ada undangan lain yang ikut serta dalam sejumlah sesi. Mereka termasuk tamu utama, seperti Spanyol dan negara-negara yang memimpin blok regional, Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara serta organisasi seperti Dana Moneter Internasional (IMF).
Sedangkan yang lainnya adalah pilihan dari tuan rumah dan biasanya mencerminkan kepentingan regional atau strategis mereka. Para undangan tahun ini; Bangladesh, Mesir, Mauritius, Nigeria, Oman, Singapura, dan Uni Emirat Arab.
4. Isi Agenda KTT G-20
Sangat terkait dengan ekonomi, perubahan iklim, dan pendidikan. Secara relatif hal-hal tersebut menjadi topik yang sering dibahas.
Isu lain mencerminkan apa yang berada di puncak agenda global dalam tahun KTT tersebut, seperti dampak pandemi Covid-19, atau perang Rusia di Ukraina. Lebih banyak agenda dan prestasi tergantung pada negara tuan rumah.
Dalam kasus India sebagai tuan rumah, ini termasuk mengambil pendekatan “berbasis kemanusiaan” terhadap isu-isu seperti perubahan iklim dan keamanan pangan.
5. Perang Rusia di Ukraina menurut KTT G-20
Peperangan Rusia dengan Ukraina telah mendominasi isu KTT saat ini. Hal ini membuat kesepakatan antara anggota G-7 kelompok dan negara-negara Global South yang juga dijelaskan sebagai negara-negara berkembang atau muncul dalam isu-isu lain menjadi sulit, mengingat pandangan yang berbeda tentang perang Moskow.
Ini berarti bahwa pertemuan menteri dalam berbagai bidang dari perdagangan hingga keuangan tidak menghasilkan pernyataan bersama seperti biasanya. Perang juga membuat Putin, yang dihadapkan pada surat perintah penangkapan internasional, menjauh dari KTT dan pertemuan internasional lainnya.
6. Kesepakatan akhir KTT
Hal tersebut sulit untuk dikatakan. Mengingat pada KTT G-20 tahun lalu di Indonesia, negara-negara mampu sepakat cenderung lambat di hari yang sama ketika membahas komunikasi yang mengutuk perang, sebagian berkat dukungan China terhadap pilihan kata-kata tersebut.
Tahun ini akan lebih sulit karena ketegangan antara China dan India, serta kenyataan bahwa Xi tidak hadir.
Jika para pemimpin gagal mencapai konsensus, ini akan menjadi kali pertama sejak pendirian kelompok ini. Tegasnya KTT akan berakhir tanpa komunikasi bersama.
Dalam hal ini, negara tuan rumah akan menghasilkan pernyataan ketua yang merangkum poin-poin yang disepakati negara-negara serta perbedaannya.
7. Apakah hubungan China-India memburuk
Cukup buruk. Ketegangan telah meletup di sepanjang perbatasan Himalaya mereka sejak tahun 2020, melihat ledakannya merupakan yang terburuk dalam beberapa dekade.
Pada bulan Agustus, China merilis peta resmi baru. Batasan wilayah yang menunjukkan aeea yang disengketakan berada di bawah kendali China.. Hal yang mendorong diplomat India, Subrahmanyam Jaishankar, untuk mengkritik klaim “Absurd” Beijing.
Ketegangan perdagangan dan ekonomi juga telah memuncak, dengan India mengambil tindakan untuk melarang aplikasi smartphone asala China dan secara aktif menarik investasi dari perusahaan-perusahaan AS—yang mencari diversifikasi rantai pasokan mereka—saat ketegangan politik dengan China meruncing.
Selain itu, kedua negara bersaing untuk menjadi pemimpin pasar negara berkembang di Global South.
8. Isu besar lain di KTT G-20 India
Kesepakatan mengenai utang pasar negara berkembang telah masalah sulit dalam persiapan KTT dan kemungkinan akan terus begitu. Hal ini mengingat China dan India berbeda pendapat dalam isu tersebut.
Perbedaan juga muncul antara negara-negara G-7 dan kelompok yang lebih luas mengenai komitmen baru miliaran dolar AS dalam pendanaan untuk negara-negara berkembang.
Sebuah komitmen yang berelasi dengan capaian target-target yang didukung oleh PBB dalam berbagai hal, mulai dari masalah kelaparan, pendidikan hingga energi bersih dan perubahan iklim.
(prc/wep)