Adapun kritik pemerintah gagal menjaga standar bangunan di negara tersebut sehingga berkontribusi terhadap banyaknya jumlah korban jiwa.
Kritik itu muncul di tengah persiapan Erdogan menuju pemilu pada Mei, di mana dia berusaha untuk memperpanjang rekor pemerintahannya selama dua dekade.
"Mereka datang terlambat, keponakan saya mengalami patah kaki tetapi tidak dapat bertahan karena dia menunggu bantuan dengan sia-sia," kata seorang lelaki tua korban gempa dalam siaran langsung Fox TV di sebuah kota di Kahramanmaras yang paling terdampak. Provinsi itu adalah lumbung suara partai Erdogan.
“Kami tahu bagaimana mereka memerintah, mereka harus sedikit berpaling kepada warga dan melayani rakyat,” lanjutnya.
Ketua oposisi utama Partai Rakyat Republik, Kemal Kilicdaroglu, mengatakan konstruksi gedung yang buruk berkontribusi pada tingginya jumlah korban dan bahwa Turki, negara yang rawan gempa, tidak belajar dari masa lalu.
Dia mengatakan pemerintah telah menyia-nyiakan pajak yang dibayarkan oleh warga negara untuk mempersiapkan bencana semacam itu. Akses Twitter di Turki dibatasi beberapa saat setelah komentar Kilicdaroglu tersebut.
Pemerintah Turki telah mengkonfirmasi runtuhnya 6.444 bangunan dari lebih dari 11.000 bangunan yang dilaporkan rusak, mengurangi peluang bertahan hidup bagi orang-orang yang masih tertimbun.
“Kita sedang menghadapi bencana yang luar biasa,” kata Ovgun Ahmet Ercan, seorang profesor geofisika di Universitas Teknik Istanbul.
“Bahkan jika inspeksi dilakukan dengan baik, kehancurannya tidak akan berkurang,” lanjutnya.
(bbn)