“Namun, tujuan sebenarnya dari undang-undang tersebut adalah untuk menekan platform media sosial agar ‘menghilangkan’ konten tertentu yang dilindungi konstitusi yang dipandang oleh negara sebagai konten yang bermasalah,” menurut pengaduan X.
Ketika Musk mengakuisisi perusahaan media sosial tersebut senilai US$44 miliar tahun lalu, dia berjanji perusahaan tersebut akan bebas dari sensor dan mengaktifkan kembali pengguna yang sebelumnya dilarang serta memecat moderator konten.
Tokoh “absolutisme kebebasan berpendapat” ini mempekerjakan eksekutif periklanan NBCUniversal Linda Yaccarino sebagai CEO pada Mei untuk membantu memperbaiki kemitraan dalam industri media dan menarik kembali pengiklan.
Para peneliti mengatakan selama masa jabatan Musk, platform tersebut telah mengalami lonjakan konten berbahaya karena perubahan kebijakan dalam moderasi konten.
Bulan ini Musk menyalahkan Liga Anti-Pencemaran Nama Baik atas penurunan pendapatan iklan AS di X. Dia menuduh organisasi nirlaba tersebut mencoba mematikan platform tersebut dengan tuduhan palsu bahwa dia dan perusahaannya anti-Semit.
Pada Juli, X menggugat Center for Countering Digital Hate (Pusat Penanggulangan Kebencian Digital) dengan tuduhan bahwa organisasi nirlaba tersebut secara keliru menggambarkan X sebagai “kewalahan dengan konten berbahaya.”
Pertarungan hukum sebelumnya mengenai undang-undang moderasi konten California menunjukkan bahwa Musk mungkin menghadapi jalan yang sulit.
Bulan lalu, seorang hakim federal menolak tuntutan terhadap AB 587 oleh kelompok-kelompok termasuk National Religious Broadcasters, dan memutuskan bahwa mereka gagal untuk menyatakan adanya bahaya nyata dari tindakan tersebut. Hakim memberikan kesempatan kepada kelompok tersebut untuk merevisi pengaduan.
Kantor Jaksa Agung California Rob Bonta menolak berkomentar.
(bbn)