Logo Bloomberg Technoz

Kim juga telah memodernisasi persenjataan rudalnya, beralik dari varian Scud era Soviet yang sudah menjadi andalannya, menjadi roket yang mengandalkan teknologi dalam negeri dan dapat diproduksi meskipun ada sanksi. Dia juga berusaha meningkatkan teknologi yang dapat memperkecil hulu ledak untuk serangan di wilayah tersebut, dan meningkatkan kekuatan hulu ledak untuk ICBM.

  • Kim telah meluncurkan rudal balistik berbahan bakar padat baru yang lebih mudah dipindahkan, disembunyikan, dan ditembakkan dibandingkan versi berbahan bakar cair. Sejak tahun 2019, Kim telah meluncurkan lebih dari 90 rudal, dengan yang paling kuat adalah ICBM yang diluncurkan tahun ini, Hwasong-18, yang dapat disimpan di dalam silo yang diperkuat di bawah tanah atau digulung keluar dengan transporter untuk ditembakkan dengan cepat. ICBM lain yang telah diuji oleh Korea Utara adalah berbahan bakar cair, yang membuat mereka rentan terhadap serangan sebelum diluncurkan karena memerlukan waktu untuk mengisi mesin mereka dengan bahan bakar saat berada di landasan
  • Sebagian besar roket baru tersebut memiliki kemampuan nuklir termasuk misil KN-23 super cepat yang dapat menyerang seluruh Korea Selatan dan pasukan AS yang ditempatkan di sana dalam waktu beberapa menit
  • Korea Utara menguji mesin rudal berbahan bakar padat baru berdiameter besar pada bulan Desember 2022. Selain digunakan dalam ICBM, Korea Utara dapat menggunakan mesin tersebut untuk rudal berjarak menengah yang dapat menyerang Jepang serta menyerang aset AS di tempat-tempat seperti Guam
  • Prioritas untuk tahun 2023 tampaknya adalah untuk menyempurnakan Hwasong-17, yang menurut para ahli senjata mampu membawa tiga bom nuklir, dan meningkatkan kekuatan ICBM berbahan bakar padat. Kim juga mengatakan bahwa dia sedang mencari senjata nuklir taktis untuk serangan di medan perang
  • Korea Utara telah menguji misil hipersonik yang dirancang untuk membawa kendaraan luncur berkecepatan tinggi yang dapat membawa hulu ledak dan bermanuver melewati pencegat
  • Negara tersebut juga telah memamerkan apa yang diklaimnya sebagai sistem pengiriman baru untuk menembakkan rudal dari kereta api, sehingga membuat rudal tersebut sulit dilacak. Di antara senjata-senjata yang dipamerkan dalam parade militer pada bulan Juli adalah berbagai jenis drone baru, yang terbukti sangat berharga di sepanjang perbatasan dengan Korea Selatan, di mana masing-masing pihak menempatkan ratusan ribu tentara.
Program rudal Kim Jong Un. (Sumber: Bloomberg)

2. Mungkinkah Kim benar-benar menyerang AS?

Tampaknya dia telah memiliki kemampuan itu setelah berhasil menguji ICBM pada November 2017 yaitu Hwasong-15. Hwasong-17 yang lebih baru ditampilkan dalam parade militer pada Oktober 2020 untuk memperingati ulang tahun ke-75 Partai Pekerja (Worker's Party) yang berkuasa, dan ditampilkan lagi tahun ini. 
Kemungkinan besar, rudal ini meledak beberapa saat setelah peluncuran dalam uji coba gagal pada pertengahan Maret 2022. Tetapi Pyongyang mengklaim keberhasilan dalam peluncuran-peluncuran berikutnya. Masih belum jelas apakah ICBM negara tersebut dapat mengalahkan sistem anti-misil dan cukup canggih untuk menyerang target yang dituju, serta apakah hulu ledaknya dapat bertahan saat masuk kembali ke atmosfer.

3. Berapa banyak perangkat nuklir yang dimiliki Korea Utara?

Dalam skala kecil, para ahli memperkirakan Korea Utara telah merakit 40 hingga 50 hulu ledak nuklir, jumlah yang paling sedikit di antara sembilan negara yang memiliki senjata nuklir. Namun, salah satu perkiraan dari studi RAND Corp. dan Asan Institute pada tahun 2021, memperkirakan jumlahnya sebanyak 116. 

Studi lain dari Korea Institute for Defense Analyses yang berbasis Seoul tahun ini mengatakan bahwa Korea Utara diperkirakan memiliki sekitar 80 hingga 90 hulu ledak, dan sedang berusaha menambah antara 100 hingga 300 dalam jangka panjang. Negara ini telah melakukan enam kali uji coba nuklir, dengan Kim bertanggung jawab atas empat uji coba terakhir. 

AS, Jepang, dan Korea Selatan mengatakan bahwa uji nuklir lain bisa terjadi kapan saja. Ledakan pertama pada tahun 2006 memiliki daya ledak kurang dari satu kiloton, sehingga para ahli bertanya-tanya apakah itu merupakan kegagalan parsial. (Satu kiloton sama dengan kekuatan 1.000 ton metrik TNT). 

Pada tahun 2017, uji coba terbaru, perkiraan hasilnya antara 120 hingga 250 kiloton, yang jauh lebih besar dari bom AS yang berdaya ledak 15 hingga 20 kiloton yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Korea Utara kemungkinan telah mengembangkan perangkat nuklir mini untuk dimasukkan ke dalam hulu ledak rudal balistiknya, sesuai dengan penilaian "beberapa" negara yang disebutkan dalam laporan PBB tahun 2020.

4. Dari mana militer Kim memperoleh bahan fisilnya?

Selama beberapa dekade, Korea Utara telah melakukan swasembada bahan fisil, yang merupakan bahan utama untuk menciptakan reaksi berantai nuklir dan ledakan. Program tersebut saat ini sebagian besar bergantung pada uranium yang diperkaya dan, menurut para ahli senjata, menghasilkan jumlah yang cukup setiap tahun untuk sekitar enam bom. 

Selain itu, pada pertengahan tahun 2021, Korea Utara tampaknya telah melanjutkan operasi yang memproduksi plutonium, cara lain untuk menciptakan bahan fisil, di reaktor nuklir di kompleks Yongbyon yang kuno.

5. Kejutan apa lagi yang mungkin terjadi?

Menurut Datayo, situs penelitian senjata berbasis sumber terbuka, Korea Utara mungkin sedang mengerjakan ICBM yang membawa beberapa hulu ledak dan tindakan pencegahan dalam penerbangan untuk mengacaukan sistem anti-misil. Negara ini secara stabil meningkatkan produksi peluncur untuk ICBM agar lebih sulit dilacak. Kemungkinan, mereka juga sedang mengerjakan sistem untuk meluncurkannya dari silo-silo yang diperkuat. 

Kim telah mendorong pengembangan armada kapal selamnya, dan pada bulan September mengadakan upacara peluncuran kapal selam yang baru, yang dikliam mampu melakukan serangan nuklir taktis.

6. Bagaimana negara ini bisa membiayainya?

Uang yang dibutuhkan tidak besar dalam skala global. Menurut penilaian Badan Intelijen Pertahanan AS, Korea Utara menghabiskan sekitar US$7 miliar hingga US$11 miliar per tahun, sekitar 20% hingga 30% dari ekonominya, untuk militer. Angka tersebut kira-kira setara dengan dua hari belanja militer AS. 
Meskipun sanksi internasional telah memberikan dampak buruk terhadap perekonomian, Korea Utara menghindari sebagian dari sanksi tersebut melalui metode seperti pengiriman barang-barang yang dilarang seperti minyak secara diam-diam, dan menghasilkan uang tunai melalui serangan peretasan dan kejahatan siber lainnya. 

Pencurian mata uang kripto memberikan Korea Utara perkiraan US$1,7 miliar hanya dalam tahun 2022. Kim juga secara diam-diam membangkitkan kembali hubungan era Perang Dingin dengan Rusia, yang menurut PBB telah mulai mengirimkan minyak ke Korea Utara untuk pertama kalinya sejak 2020. Hal ini menyusul dimulainya kembali pengiriman gandum yang lebih awal. 

Meskipun tidak mungkin untuk mengetahui apa yang terjadi ke arah lainnya, baik pemerintah AS maupun analis independen memiliki satu teori utama: amunisi dari stok melimpah Korea Utara untuk membantu perang Rusia di Ukraina. Pada parade militer bulan Juli, Kim berdiri di antara Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Li Hongzhong, anggota Politburo 24 anggota Partai Komunis China.

7. Bukankah Trump akan memperbaikinya?

Pembicaraan mantan Presiden Donald Trump dengan Kim, yang dimulai dengan Singapura pada Juni 2018, mengubah hubungan keduanya dari musuh yang saling menghina menjadi mitra dialog. Namun, tiga pertemuan mereka tidak menghasilkan perubahan yang mencolok. Korea Utara juga telah menjadi sebuah negara yang mampu mengembangkan, memproyeksikan, dan meledakkan bom atom. 

Dan kini, Kim tidak menunjukkan minat terhadap seruan Presiden Joe Biden agar dia kembali ke pembicaraan terkait perundingan nuklir.

(bbn)

No more pages