"Secara kolektif, perusahaan tersebut diusulkan untuk memasang sekitar 11 gigawatt peak kapasitas fotovoltaik tenaga surya dan 21 GW penyimpanan energi baterai di Indonesia," ujar Tan.
Tan menambahkan proyek ini memang akan memerlikan investasi yang cukup besar nantinya. Namun, juga bakal memperkuat hubungan perdagangan antara Indonesia dan Singapura.
Pada 2035, Tan sendiri mengatakan Singapura akan membutuhkan sekitar 4 GW listrik yang rendah karbon. Dari total itu, sekitar 50%-nya juga bakal dipasok dari Indonesia.
"Dari jumlah tersebut akan berasal dari Indonesia merupakan bukti kemitraan jangka panjang dan komprehensif serta ambisi bersama untuk menemukan peluang yang memungkinkan masyarakat kita mencapai kesejahteraan bersama," tegasnya.
Rencana ekspor listrik bersih ke Singapura sebelumnya sempat mendapat penolakan dari Pemerintah Indonesia. Singapura dikabarkan sudah menyiapkan rencana impor listrik berbasis EBT dari Indonesia pada 2025 sebesar 600 MW. Kapasitas tersebut akan melonjak dua kali lipat pada 2027 atau setara 1.200 MW.
Pada awal Mei, Menteri Koordinator Luhut Binsar Pandjaitan sempat menegaskan penolakan atas permintaan impor listrik berbasis EBT dari Singapura, kecuali negara tetangga tersebut mengucurkan investasi untuk proyek energi bersihnya di Tanah Air.
“Singapura minta supaya kita ekspor listrik clean energy ke sana. Kita enggak mau. Saya bilang enggak mau. Mau kalau proyeknya di kita, jadi kita jual. Jadi jangan mereka yang mengatur,” tegasnya seusai acara Reuni 45 Tahun Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Angkatan 1978 di The Westin Hotel, Jakarta Selatan ( 9/5/2023).
Dalam kaitan itu, Pemerintah Indonesia ingin agar Singapura merealisasikan investasi ekosistem panel surya, yang nilainya ditaksir menembus US$50 miliar. Terlebih, Indonesia memiliki bahan baku pasir silika untuk mendukung industri panel surya tersebut.
“Singapura pikir kita bodoh saja. Dia tenderkan ke perusahaan-perusahaan kita. [...] Jadi sekarang, sektor industrinya [panel surya] harus kita buat di Indonesia. Policy sektor industri ini tidak bisa bersaing dengan China karena China itu kompetitif. Hanya bisa bersaing kalau ambilnya dari offtaker,” ujarnya.
(ibn/wdh)