Tahun 2022, China mendorong seluruh lembaga pemerintah dan perusahaan negara mengganti komputer desktop ke produk luar negeri dengan tenggat waktu hingga 2024.
Sejauh ini, langkah tersebut tidak menyebabkan banyak berpenguarh bagi Apple, yang melihat bisnis Mac-nya pada kuartal kedua tumbuh 17% di China, mengutip data dari Canalys.
Analis Evercore ISI, Amit Daryanani, dalam laporannya Kamis menyatakan, “Para pejabat partai kemungkinan besar telah menghindari penggunaan produk Amerika di tempat kerja jauh sebelum larangan resmi diberlakukan.”
Sebuah sinyal bahwa pola ‘meninggalkan produk Apple’ sudah berlangsung lama.
Mark bahkan menyatakan terdapat spekulasi bahwa China Mobile Ltd, operator di negara tersebut, tidak akan menyediakan iPhone 15 meski kemudian dibantah oleh perusahaan.
Isu yang menambah risiko jelang rilis iPhone 15
Industri smartphone yang lesu akan dihadapkan dengan beberapa janji peningkatan fitur pada iPhone 15, yang akan rilis 12 September dan disiarkan langsung secara global dari kantor pusat Apple. Perusahaan tengah berusaha meredam sejumlah gejolak.
Gejolak yang disebut Mark Gurman, penulis kolom Bloomberg, sebagai batu sandungan baru — yaitu larangan penggunaan iPhone di lingkungan pemerintah oleh para pegawai atau PNS.
Ditambah hadirnya smartphone baru milik Huawei Technologies Co. yang kontroversial. Huawei, diduga menggunakan cip memori buatan SK Hynix asal Korea Selatan di saat produsen asal China itu terisolasi dalam mengakses bahan baru dari luar negeri.
Huawei Mate 60 Pro menggunakan memori flash LPDDR5 dan NAND dari Hynix dari hasil unboxing TechInsights, pihak yang mewakili Bloomberg News.
Pihak Hynix mengatakan bahwa mereka tidak melanggar kebijakan pengendalian ekspor AS dalam kaitan memasok produk buatannya ke Huawei, seperti dilaporkan Pulse, Jumat (8/9/2023). Namun Washington kemungkinan akan memutuskan, apakah akan memperpanjang kontrol ekspor semikonduktor untuk perusahaan-perusahaan Korsel bulan depan.
Namun, Mark menegaskan terdapat masalah lebih besar dari dua hal tersebut, yaitu kebangkitan nasionalisme China yang mendorong konsumen sehari-hari untuk menghindari iPhone dan perangkat bermerek asing lainnya.
Dalam laporannya Mark menjelaskan bahwa Apple pernah mengalami hal serupa lima tahun lalu dimana perusahaan gagal memenuhi perkiraan untuk iPhone XS dan XR yang saat itu baru saja dirilis. Pada saat yang sama penjualan melemah di China.
Secara terbuka, Apple menyalahkan perang dagang AS-China dan ekonomi domestik. Namun dalam sebuah email internal kepada dewan perusahaan, Chief Executive Officer Tim Cook juga mengutip nasionalisme China dan meningkatnya persaingan dari rival lokal.
Kalau itu pemerintahan Presiden Donald Trump baru saja memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam di tengah ketegangan AS-Tiongkok. Langkah Washington membuat banyak perusahaan yang bergantung pada pasar dan pabrik di China, dihadapkan pada situasi terjepit.
Pendapatan Apple di China turun pada tahun fiskal 2019 dan 2020, sebelum pulih setahun setelahnya. Perusahaan ini menghasilkan sekitar 20% dari penjualannya dari China, yang juga merupakan jantung dari rantai pasok Apple.
Kini muncul pertanyaan, apakah situasi 2019 akan berlanjut hari ini, tegas Mark. Kebijakan pemerintah China yang terus mendorong ‘semangat nasionalisme’ semakin menjadi. Sebuah sinyal yang tidak menguntungkan bagi Apple.
Dimana ara pekerja di berbagai instansi dan perusahaan milik negara semakin dilarang menggunakan iPhone saat berada di kantor.
Kabar pelarangan iPhone membuat saham Apple drop dalam dua hari terakhir. Valuasi Apple turun US$190 miliar, harga AAPL pada penutupan perdaganan Kamis (7/9/2023) drop 2,92% menjadi US$177,56. Dalam sepekan saham Apple telah anjlok 5,5%.
Juru bicara Apple yang bermarkas di Cupertino, California, menolak untuk memberi komentar.
Untuk diketahui, anggota parlemen AS juga memperbarui pengawasan terhadap pemasok Huawei, dengan menyerukan penghentian semua ekspor AS ke perusahaan teknologi China yang kontroversial tersebut.
Protes terbaru hadir ke produsen cip Semiconductor Manufacturing International Corp. asal China. Diduga SMIC telah melanggar sanksi Amerika dengan memasok komponen canggih untuk smartphone Huawei yang baru, kata anggota parlemen AS.
Hal lain yang dilarang adalah TikTok, anak usaha ByteDance Ltd., juga asal China.
- Dengan asistensi Mark Gurman dan Jacob Gu.
(bbn)