Berdasarkan penjelasan tertulis Bank NOBU, perbankan yang masih terafiliasi dengan grup bisnis Lippo ini, hingga September 2022 mencatatkan modal inti Rp 1,61 triliun dan jumlahnya naik menjadi Rp 1,71 triliun sampai dengan akhir tahun lalu. Perseroan selanjutnya menjajaki penerbitan saham baru rights issue senilai Rp 403 miliar dengan penambahan modal inti lanjutan.
Penambahan modal tersebut dilakukan dengan skema setoran tunai Rp 35 miliar dan setoran modal berupa aset Gedung Graha Lippo dengan nilai Rp 368 miliar. “Dengan PMHMETD II ini maka diproyeksikan modal inti Perseroan akan mencapai Rp 2 triliun miliar sampai Rp 2,05 triliun,” ungkap manajemen NOBU.
Sementara Bank MNC Internasional, yang jadi bagian dari grup bisnis MNC milik Hary Tanoesoedibjo ini mencatatkan modal inti Rp 2,07 triliun seperti tercatat dalam laporan keuangan perseroan kuartal III-2022, seperti dikutip, Jumat (10/2/2023). Realisasi modal inti BABP terakhir turun dibandingkan 2021 yang tercatat Rp 2,04 triliun.
Bank MNC Internasional juga mencatat modal pelengkap, yang dikategorikan sebagai tier 2 sebesar Rp 82,9 miliar pada kuartal III-2022, naik dari posisi sebelumnya Rp 68,42 miliar.
Jika ditelisik lebih jauh, Bank MNC pernah menyampaikan kepada otoritas pasar modal bahwa perseroan telah mencapai modal inti perbankan sesuai regulasi OJK. “Sesuai dengan Peraturan OJK No. 12/POJK.03/2020, perseroan telah memenuhi ketentuan mengenai modal inti minimum,” terang Rita Montagna Siahaan, Presiden Direktur Bank MNC, dan Hermawan Direktur Bank MNC, tertanggal 20 Januari 2023.
Manajemen Bank MNC, melalui Rita ataupun Hermawan juga memastikan tidak ada rencana aksi korporasi apapun terkait pemenuhan modal inti.
Pemenuhan modal inti perbankan umum memang dibutuhkan sebagai antisipasi atau buffer. Selain itu otoritas juga mempertimbangkan peningkatan modal inti sesuai dengan perkembangan ekonomi dan perubahan landscape industri itu sendiri. Dengan modal inti yang jauh lebih tinggi tentu setiap perseroan lebih siap dalam menghadapi risiko operasional.
Bloomberg Technoz mencoba menghubungi Bank MNC Internasional untuk meminta klarifikasi atas kabar tersebut namun belum mendapatkan respon jawaban. Pun demikian dengan Bank NOBU.
Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK ataupun Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK tidak merespon terkait rencana merger dua bank milik taipan Indonesia itu. Sekar Putih, Juru Bicara OJK, pun tidak menjawab dan meminta Bloomberg Technoz untuk mengonfirmasikan langsung kepada perusahaan.
“Terkait aksi korporasi, konfirmasinya kepada korporasinya ya,” tulis Sekar.
(bbn)