Sehari sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membenarkan adanya kajian konversi Pertalite menjadi Pertamax Green 92, sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengatasi masalah polusi udara belakangan ini.
"Nanti kita lakukan semua itu. Sekarang lagi dihitung ini kan, karena ini kan masalah polusi juga. Jadi kita mau [BBM bauran] etanol berapa persen, supaya oktannya naik, supaya sulfurnya kurang," ujarnya ditemui di sela acara Bloomberg CEO Forum di Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Terkait dengan kemungkinan besaran harga Pertalite setelah dikonversi menjadi Pertamax Green 92, Luhut mengatakan pemerintah berupaya untuk meminimalisasinya agar tidak menjadi beban masyarakat.
"Ya kita akan tetap lihat agar rakyat itu jangan terbebani, itu kuncinya," tegas Luhut.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati pada akhir Agustus mengatakan alasan di balik rencana perseroan 'menghapus' Pertalite pada 2024, dan menggantinya dengan bauran bioetanol 7% alias Pertamax Green 92.
Rencana tersebut merupakan perpanjangan dari strategi Pertamina setelah meluncurkan Pertamax Green 95 tiga pekan lalu. Peluncuran terbatas Pertamax Green 95, kata Nicke, dilatarbelakangi oleh keinginan perseroan untuk mendukung target pemerintah mencapai emisi nol karbon pada 2060.
(ibn/wdh)