Logo Bloomberg Technoz

Ini Sebab Produksi Bioetanol Kalah dari Biodiesel di Indonesia

Sultan Ibnu Affan
07 September 2023 17:30

Ilustrasi bahan bakar berbasis bauran bioetanol./Bloomberg-Si Barber
Ilustrasi bahan bakar berbasis bauran bioetanol./Bloomberg-Si Barber

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan alasan produksi dan pengembangan biomassa atau bahan bakar nabati (BBN) jenis bioetanol berbasis tebu di Indonesia tidak bisa seagresif biodiesel berbasis kelapa sawit.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, berbeda dengan biodiesel yang sejak awal dirancang untuk produksi skala besar, bioetanol diterapkan dalam skala kecil pada 2008—2009, kemudian terhenti dan berlanjut lagi pada 2015—2016.

“Program ini terpaksa terhenti karena tiga faktor utama, yaitu tingginya biaya bahan baku, ketidaklestarian bahan baku karena rendahnya kapasitas produksi dan konflik penggunaan nonbahan bakar, serta tidak tersedianya insentif,”  ujarnya di sela Indonesian Sustainability Forum (ISF), Kamis (7/9/2023).

Tutuka mengatakan tahun ini pemerintah mulai kembali fokus mengembangkan bioetanol dengan melakukan uji coba pasar skala terbatas di Jawa Timur. Dalam hal ini, pada kuartal III-2023, Pertamina telah meluncurkan Pertamax Green 95 yang merupakan bensin Pertamax dengan bauran bioetanol 5% (E5).

Selanjutnya, untuk mendukung keberlanjutan mandatori bioetanal, pada Juni 2023, pemerintah juga telah menerbitkan keputusan presiden tentang percepatan swasembada gula nasional dan penyediaan bioetanal untuk bahan bakar nabati, serta melakukan kajian pemanfaatan batang sawit tua dan sorgum manis untuk menghasilkan bioetanol.