“India dan Amerika berani menolak dan melarang, sementara di Indonesia TikTok bisa menjalankan bisnis keduanya secara bersamaan,” ucap Tetan di DPR Rabu kemarin.
Untuk diketahui, TikTok menyatakan Indonesia menjadi pasar penting mereka. Terbukti dengan kunjungan CEO Shou Zi Chew ke Indonesia beberapa waktu lalu.
Chew bahkan menyatakan siap dalam jumlah besar selama beberapa waktu ke depan di pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia. “Kami akan berinvestasi miliaran dolar di Indonesia dan Asia Tenggara,” kata Chew bulan Juni lalu.
Tidak disebutkan angka pasti karena bentuk investasi Chew akan mempertimbangkan segala peluang yang ada di kawasan ASEAN. Namun Chew spesifik menekankan target investasi bertujuan untuk mengembangkan layanan TikTok Shop melalui pelatihan, iklan, dan dukungan untuk pelaku bisnis UMKM.
Banyaknya jumlah UMKM jadi potensi bisnis. Terbukti dengan keterlibatan 2 juta UMKM dan total 5 juta pelaku bisnis yang masuk ke dalam platform TikTok, diklaim Chew.
Rivalitas e-Commerce di ASEAN Meruncing karena TikTok
Bisnis perdagangan online via marketplace di Asia Tenggara kini tidak hanya dikuasai Shopee ataupun Lazada. Rivalitas baru hadir dengan geliat bisnis TikTok.
Lewat video pendek format vertikal, anak usaha BytDance asal China ini mampu menarik pengguna, untuk kemudian mengintegrasikannya dengan layanan e-commerce.
Ketua Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan TikTok yang mengusung konsep social commerce, dua fitur dalam satu platform digemari publik Indonesia.
“Social commerce membuka gerbang baru dimana berbebalanja bisa menjadi lebih menyenangkan dan santai, jadi memang tidak hanya soal selection atau harga, tapi juga ke engagement atau entertainment,” cerita Eddi saat berbincang dengan Bloomberg Technoz.
TikTok memang membidik ASEAN, seperti dilaporkan Caixin Global. Langkah masif perusahaan terlihat pada 2021 mulai mengenalkan TikTok Shop ke pasar Indonesia, negara dengan potensi ekonomi terbesar di kawasan. Pada 2022 giliran Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina dan Malaysia dimasuki TikTok.
ByteDance menargetkan mampu berkontribusi pada perciptaan pendapatan grup dimana target tahun ini mampu menghasilakan GMV US$12 miliar. Target untuk pasar Asia Tenggara ini naik tiga kali lipat dibandingkan capaian dua tahun lalu.
The Information melaporkan GMV TikTok sepanjang 2022 di ASEAN tercatat US$4,4 miliar. GMV kerap menjadi rujukan umum dan menjadi indikator pertumbuhan sebuah bisnis digital.
(dba/wep)