Sejalan dengan itu, Indonesia juga memiliki populasi muda yang jumlahnya terus bertambah. Arsjad menilai populasi tersebut merefleksikan negara ini sebenarnya memiliki banyak tenaga kerja yang dapat dilatih mengenai ekonomi ramah lingkungan.
“Ini bukan hanya tentang kepemilikan sumber daya, kita berbicara tentang potensi kepemimpinan global dalam industri ramah lingkungan. Sekarang Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana kita menyadari potensi ini, satu hal yang pasti, kita tidak bisa bekerja sendiri untuk menyelesaikan tantangan yang kompleks ini. Hal ini memerlukan upaya kolaboratif dari seluruh sektor masyarakat, pemerintah, LSM, dunia usaha, dan masyarakat sipil,” terangnya.
Untuk itu, dia mengatakan pemerintah perlu menyokong pertumbuhan berkelanjutan dengan mendukung investasi dalam infrastruktur energi terbarukan dan pengembangan teknologi baru untuk produksi dan penggunaan energi ramah lingkungan.
“Pemerintah juga perlu menciptakan lingkungan yang mendukung bagi dunia usaha untuk berinvestasi dalam ekonomi hijau seperti memberikan keringanan pajak dan insentif,” kata Arsjad.
Selain untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, Kadin juga mengutamakan lingkungan yang terkonsentrasi bagi seluruh pemangku kepentingan. Dua Program andalan Kadin dalam bidang keberlanjutan adalah Kadin Net Zero Hub dan Sub Hub Bisnis Kehutanan.
“Net Zero Hub bertindak sebagai platform bagi pemangku kepentingan untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik untuk nol emisi karbon yang memungkinkan dunia usaha meningkatkan jalur mereka menuju nol emisi pada [2060],” terangnya.
Selain itu, sebut Arsjad, Kadin telah memperluas cakupan programnya hingga ke wilayah Asean. Pengelolaan hutan berkelanjutan yang melibatkan LSM petani, pemerintah dan sektor bisnis dan bertindak sebagai ketua dewan penasihat bisnis Asean.
“Kami juga memiliki program warisan yang disebut pusat keunggulan karbon Asean yang diciptakan untuk menjadi platform lain bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi praktik terbaik dalam bidang hutan, pasar karbon, dan perdagangan karbon serta menetapkan standar di seluruh Asia,” tegasnya.
(wdh)