Defisit Pasok Kapal Global
Bagaimanapun, target-target tersebut diadang oleh risiko keterbatasan kapal pengangkut LNG di tingkat global, seiring dengan makin tingginya permintaan dan produksi LNG di Timur Tengah dan Amerika Utara.
Yoki menyebut, pada 2028, dunia diproyeksikan mengalami kekurangan pasok kapal LNG hingga 30% dari total kebutuhan angkutan. Untuk itu, dia mengatakan PIS mengantisipasi risiko tersebut dengan mengebut investasi pembelian armada baru, khususnya untuk LNG.
“[Kami akan] beli kapal dan sebagainya, termasuk juga investasi di terminal LNG. Namun, namanya peluang, kami eksplorasi dahulu, kepastiannya nanti tentu berdasarkan hasil pendalaman. Cuma untuk investasi angkutan, kami serius. Prioritas utama kami, karena kapal LNG ini sudah sangat mahal,” jelasnya.
Biaya Akuisisi Kapal
Saat ini, lanjut Yoki, PIS masih belum memiliki armada pengangkut LNG, meski sudah mengoperasikan kapal LNG dengan sistem sewa. Adapun, dia mengatakan harga kapal pengangkut LNG untuk ukuran 174.000 kaki kubik sudah di atas US$250 juta.
“Itu rencana kami ke sana. [Investasi] US$250 juta—US$280 juta [per kapal], tergantung tipenya, tambahan-tambahan aksesorinya, dan lainnya.”
Saat ini, PIS mengelola 98 kapal milik sendiri dan ditargetkan meningkat menjadi minimal 130 kapal milik pada 2027 untuk berbagai tipe pengangkutan.
“Perkiraan saya, kami butuh investasi kurang lebih 50 kapal sampai 2027, karena beberapa kapal kami sudah tua dan perlu kami remajakan. Jadi ada 50-an lebih kapal berbagai jenis, baik untuk minyak mentah, LPG, maupun LNG. Kurang lebih begitu,” tuturnya.
Menurutnya, kebutuhan transportasi logistik untuk perdagangan internasional ke depannya hanya dapat diakomodasi dengan kapal-kapal jenis baru seiring dengan makin ketatnya syarat emisi karbon kapal yang melintas antarbenua.
“[Untuk penambahan 50 kapal], cukup besar ya, kalau tidak salah US$2 miliar—US$3 miliar sampai dengan 2027. Kurang lebih segitu,” kata Yoki.
(wdh)