Dalam laporan kinerja keuangan yang dipublikasikan, jumlah pendapatan usaha EXCL naik 12% menjadi Rp15,76 triliun. Kenaikan pendapatan usaha ini sejalan dengan melesatnya beban pokok mencapai 10% menjadi sebesar Rp13,51 triliun.
Dengan demikian, laba sebelum pajak penghasilan mencapai angka Rp803,33 miliar, naik sebesar 10%.
Menariknya, EXCL berhasil mencetak kenaikan pada segmen pendapatan data dan layanan digital sejumlah Rp14,41 Triliun, atau sekitar 91% dari total pendapatan secara keseluruhan. Angka tersebut meningkat 11,9% secara tahunan.
XL Axiata pada semester I mencatat penurunan aset sebesar 4,1% menjadi Rp83,69 triliun dari setahun sebelumnya Rp87,27 triliun. Ekuitas stagnan sejumlah Rp25,87 triliun, dengan total liabilitas yang turun 6% menjadi Rp57,81 triliun.
Berbeda arah dengan pencapaian positif EXCL, kinerja fundamental Smartfren justru mencetak rugi bersih.
PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) mencatatkan rugi bersih mencapai Rp543,2 miliar pada kinerja semester I-2023. Angka ini berbanding terbalik dibandingkan dengan kinerja pada semester I-2022 kemarin yang mencatatkan laba bersih Rp54,6 miliar.
Rugi bersih tersebut seiring dengan kerugian yang diderita atas investasi dalam saham mencapai minus Rp389,86 miliar, dibandingkan dengan nilai keuntungan investasi mencapai Rp70,97 pada semester I-2022.
Sejatinya operasional FREN mencatatkan angka positif, dengan meraih pendapatan sejumlah Rp5,56 triliun, naik 2% secara tahun. Terdiri dari pendapatan jasa telekomunikasi data dan non data mencapai Rp5,13 triliun, naik 1%. Pendapatan segmentasi jasa interkoneksi juga naik signifikan 67% menjadi Rp213,29 miliar.
Dengan demikian, rugi sebelum pajak pajak penghasilan Smartfren tercatat sebesar Rp403,41 miliar. Sedangkan, Loss per Share saham FREN tercatat Rp1,62.
Sepanjang semester I FREN memiliki total aset sebesar Rp45,9 triliun. Kemudian pada pos kas dan setara kas tercatat Rp198,74 miliar.
Ekuitas Smartfren tercatat stagnan pada angka Rp15,21 triliun. Senada dengan total liabilitas yang flat senilai Rp30.6 triliun.
Apabila keduanya efektif merger, dan mencermati perhitungan hanya di atas kertas, total asetnya akan menjadi Rp129,6 triliun per semester I-2023. Mengalahkan unggulan sektoral penyedia jasa telekomunikasi lainnya seperti Indosat Ooredoo Hutchison (ISAT) dengan nilai aset Rp109,8 triliun.
Angka penggabungan aset EXCL dan FREN juga mengalahkan saham-saham menara atau penyedia infrastruktur seperti Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) Rp56,78 triliun, Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Rp43,61 triliun, serta Sarana Menara Nusantara (TOWR) sebesar Rp66,38 triliun.
Selain kekuatan atas asetnya, secara pengguna atau pelanggan juga akan berdampak positif. Adapun XL Axiata tercatat memiliki 58 juta pelanggan hingga Juni 2023, Sementara Smartfren memiliki 36 juta pelanggan pada tahun 2022.
(fad/aji)