Selain PLTS Terapung Cirata, dia menjabarkan PLN tengah menggarap proyek green enabling supergrid yang dilengkapi dengan teknologi smartgrid dan flexible generations.
"Ini karena adanya ketidaksesuaian antara lokasi energi terbarukan yang tersebar di Sumatra dan Kalimantan, serta jauh dari pusat permintaan listrik yang berada di Jawa. Maka, kami rancang skenario green enabling supergrid, sehingga potensi EBT yang tadinya tidak bisa dimanfaatkan, menjadi termanfaatkan. Selain itu, tentunya akan mampu membangkitkan kawasan dengan memunculkan episentrum ekonomi baru," tutur Darmawan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga sebelumnya mengungkapkan saat ini Indonesia tengah merencanakan pembangunan jaringan listrik raksasa atau supergrid. Jaringan tersebut bakal dibangun pada 2025 dengan bantuan pembiayaan dari Asia Development Bank (ADB).
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, nantinya, supergrid ini bakal menghubungkan potensi sumber energi, terutama energi baru terbarukan (EBT) yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia.
Menurutnya, jaringan di Indonesia itu nanti bakal terhubung dengan Brunei Darussalam, Malaysia, dan Filipina.
"Ini untuk memperkuat wilayah kita secara bertahap, menciptakan surplus negara terhadap negara lain dalam situasi 'menguntungkan' untuk semua," ujar Dadan di sela Asean Energy Bussines Forum (AEBF) di Bali, akhir Agustus.
"[Proyek supergrid ini juga ditujukan] untuk menghubungkan sumber daya, panas bumi di pulau-pulau besar dan pengembangan industri hilir mineral," lanjutnya.
Dadan menyebut, supergrid tersebut juga sebagai salah satu upaya untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. Nantinya, jaringan interkoneksi supergrid tersebut bakal mendukung penyediaan energi listrik, yang seluruhnya ditargetkan akan berasal dari pembangkit berbasis EBT hingga 708 gigawatt (GW) pada 2060.
(wdh)