Logo Bloomberg Technoz

Mencermati hal tersebut, melemahnya harga Bitcoin pada September ini memberikan peluang investor aset kripto untuk melakukan strategi Buy The Dip. Panji menyebut, pergerakan harga Bitcoin pada Oktober dan November dari 2013 hingga 2022 cenderung positif dengan rata-rata kenaikan mencapai 22,34% pada Oktober dan 50,61% pada November.

“Kami melihat adanya potensi hal ini akan kembali terulang, didukung dengan potensi melunaknya sikap The Fed terhadap kenaikan suku bunga acuan dan mengingat fakta bahwa kita mendekati tahun yang besar di tahun 2024 yaitu Bitcoin Halving,” kata Panji.

Dari pergerakan harga Bitcoin pada September yang berpotensi memerah, Panji menyarankan untuk memantau dengan cermat kisaran US$23.800 hingga US$24.500 sebagai zona potensial untuk masuk selanjutnya jika Bitcoin gagal bertahan di atas US$25.000 sepanjang September 2023 ini. Sedangkan area resistance terdekat berada di US$26.800 dan selanjutnya di angka US$28.300.

Sentimen Aset Kripto

Mayoritas koin kripto lainnya juga bergerak negatif sejak Kamis (31/8/2023) setelah Securities and Exchange Commission (SEC) memutuskan untuk menunda pengambilan keputusan terkait proposal ETF Bitcoin Spot.

Keputusan ini memberikan SEC waktu tambahan sekitar 45 hari untuk meninjau proposal ETF Bitcoin Spot yang diajukan oleh ke-enam perusahaan, yaitu BlackRock, Fidelity, Invesco/Galaxy, VanEck, WisdomTree, dan Bitwise.

“Hal ini akan memberikan waktu lebih panjang kepada SEC untuk mempertimbangkan adanya perubahan peraturan dan melakukan penilaian terhadap berbagai potensi risiko dan peluang yang akan timbul dari hadirnya ETF Bitcoin ini,” jelas Panji.

Melemahnya kripto juga terjadi di tengah masih bervariasinya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Tingkat pengangguran AS secara mengejutkan melesat menjadi 3,8% pada Agustus. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar yakni 3,5% ataupun pada Juli yang tercatat 3,5%.

Meski angka pengangguran naik, tetapi penciptaan lapangan kerja Non-Farm Payrolls (NFP) naik menjadi 187.000 pada Agustus. Angka ini lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar sebesar 170.000 ataupun NFP pada Juli sebesar 157.000.

Sementara dari laporan inflasi, Personal Consumer Expenditure (PCE) mengalami kenaikan menjadi 3,3% yoy pada Juli 2023, dari 3% pada Juni.

“Kenaikan PCE menimbulkan kekhawatiran Bank Sentral AS sulit melunak terhadap kebijakan moneternya. Namun, di tengah masih variasinya data ekonomi AS, pasar pun tetap memperkirakan bahwa The Fed akan menahan suku bunga acuannya pada pertemuan bulan ini," kata Panji.

Jerome Powell, Ketua Bank Sentral AS atau the Federal Reserve. (Dok: Bloomberg)

The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada 19-20 September. Mencermati CME Fedwatch, angka menunjukkan 93% investor meyakini dan optimis The Fed akan menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5% dalam pertemuan September. 

Sementara, hanya 7% memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Salah satu data sebagai petunjuk terkait perubahan suku bunga acuan AS, pelaku pasar akan mencermati rilis data Consumer Price Index (CPI) atau data inflasi AS untuk Agustus yang akan dijadwalkan pada 13 September mendatang.

Pekan lalu, Bitcoin sempat mengalami kenaikan harga di rentang US$26.000–US$28.000 menyusul berita positif dari Grayscale, sebuah perusahaan pengelola aset digital, yang telah mencapai kemenangan hukum melawan SEC pada Selasa (29/8.2023) kemarin.

Pengadilan Banding Distrik Columbia AS membatalkan penolakan SEC terhadap proposal Grayscale untuk mengkonversi GBTC menjadi ETF Bitcoin Spot.

“Meskipun kemenangan ini tidak secara otomatis mengubah GBTC menjadi ETF Bitcoin Spot, namun merupakan langkah signifikan menuju persetujuan dari SEC,” tutup Panji.

(fad/wep)

No more pages