Klein menambahkan, pasar gelap menyumbang 40% dari total penjualan ganja di Kanada. Potensi pasar ganja yang bernilai US$ 7 miliar (Rp 105,84 triliun) jadi sulit termanfaatkan. Canopy kesulitan bersaing dengan pasar gelap dari sisi harga, karena yang ilegal tidak membayar pajak.
Pada perdagangan yang berakhir Jumat (10/2/2023) dini hari waktu Indonesia, harga saham Canopy di bursa saham AS anjlok 17%. Dalam setahun terakhir, harga saham perseroan jatuh 74%.
Melalui restrukturisasi, Canopy akan mendatangkan produk dari pihak ketiga. Artinya, budidaya ganja di Smith Falls, Ontario, akan ditutup.
Jumlah karyawan yang terkena PHK adalah 800 orang, sebut keterangan perusahaan. Jennifer White, Juru Bicara Canopy, mengatakan jumlah itu sama dengan sekitar 35% dari total karyawan.
Sebelumnya, perusahaan menyebut pengurangan karyawan mencapai 60%. Namun White menjelaskan angka yang lebih tinggi itu sudah termasuk PHK yang dilakukan sebelumnya,
Pemerintahan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mulai melegalkan bisnis ganja rekreasional pada 2018. Pada tahun yang sama, Constellation membeli 38% saham Canopy.
Persaingan dengan pasar gelap juga dikeluhkan oleh perusahaan ganja di California dan sejumlah negara bagian AS. Mereka meminta insentif pengurangan pajak dan keleluasaan untuk membuka lebih banyak gerai.
Canopy awalnya adalah perusahaan ganja terbesar di Kanada, sekarang posisinya tergeser oleh Tilrany Inc. Valuasi Canopy sempat menyentuh hampir US$ 20 miliar (Rp 302,4 triliun).
Perseroan mencatat pendapatan CA$ 101 juta (Rp 1,14 triliun) pada kuartal ketiga tahun fiskal yang berakhir 31 Desember 20220. Sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi, Canopy merugi CA$ 88 juta (Rp 995,09 miliar).
“Canopy harus mencapai profitabilitas untuk mencapai target jangka panjang yaitu pemimpin pasar di Amerika Utara,” tegas Klein.
PHK akan dilakukan segera. Langkah ini akan menghemat antara CA$ 140-160 juta (Rp 1,58-1,81 triliun) hingga tahun depan. Dengan demikian, Canopy bisa membukukan EBITDA positif pada tahun fiskal 2024, sebut CFO Judy Hong.
(bbn)