Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, services PMI China turun ke level 51,8 pada Agustus dari level sebelumnya 54,1 pada Juli dan lebih rendah dari ekspektasi pasar yang dapat naik ke level 53,6.
Melemahnya permintaan secara keseluruhan terus membebani ekonomi China sementara sejumlah langkah stimulus yang sudah diambil oleh Pemerintah sejauh ini belum berhasil menggairahkan ekonomi.
“Investor berharap Pemerintah China melanjutkan peluncuran paket stimulus untuk menolong sektor properti setelah minggu lalu memperkenalkan sejumlah kebijakan, termasuk pengurangan pembayaran di muka atau Down Payment (DP) KPR dan pemberian insentif pajak,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data Caixin terhadap sektor jasa China menunjukkan aktivitas yang melambat pada tingkat terendah tahun ini pada Agustus. Hal ini menambah kekhawatiran tentang perlambatan mesin utama pemulihan ekonomi.
Sebelumnya, sentimen kurang positif juga datang dari perusahaan developer ternama di China, Country Garden Holdings Co. yang tengah jadi sorotan setelah dikabarkan ada rencana untuk memperpanjang pembayaran tujuh obligasi dengan nilai Yuan. Perusahaan ini juga memasuki jam-jam terakhir masa tenggang (grace period) untuk pembayaran bunga obligasi dolar.
Di Jepang, aktivitas sektor Jasa (Services) mencatatkan ekspansi dengan laju yang paling cepat sejak Mei, terlihat dari data au Jibun Bank Services PMI Jepang yang naik ke level 54,3 pada Agustus dari level 53,8 pada Juli.
Berkaitan dengan inflasi, Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) Korea Selatan lompat 3,4% yoy pada Agustus, kenaikan pertama sejak Januari dan lebih tinggi dari kenaikan 2,3% yoy sebelumnya pada Juli.
Secara bulanan, inflasi Korea Selatan naik 1%, tertinggi sejak 2017 yang menyusul kenaikan 0,1% pada bulan sebelumnya sehingga membuat Bank Of Korea (BOK) bersikap waspada mengenai kenaikan harga-harga yang berkepanjangan.
BOK telah memperingatkan bahwa inflasi kemungkinan besar akan tumbuh lebih cepat, sekitar 3% pada Agustus dan September sebelum kembali melambat, artinya data inflasi bulan Agustus ini tidak terlalu mengherankan bagi BOK.
“BOK bulan lalu mempertahankan suku bunga selama lima bulan berturut-turut karena Bank Sentral lebih memprioritaskan stabilitas harga di tengah ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi,” tulis Tim Research Phillip Sekuritas.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi ke 6.991 disertai dengan munculnya volume penjualan.
“Terdapat dua hal pada pergerakan IHSG, di mana IHSG saat ini masih berada pada bagian dari wave v dari wave (i) sehingga IHSG masih berpeluang menguat menguji 7.025-7.072,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (6/9/2023).
Herditya juga memberikan catatan, waspadai akan adanya pertanda awal koreksi dari IHSG, di mana IHSG sedang berada di awal wave (ii) sehingga IHSG akan rawan terkoreksi ke rentang 6.841-6.907.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, BRMS, GOTO, ISAT dan NCKL.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG masih rawan koreksi pada perdagangan hari Rabu (6/9).
“IHSG sempat tutup gap ke 6.975 di Selasa (5/9). Bersamaan dengan koreksi tersebut, terbentuk death cross pada Stochastic RSI di overbought area. Kondisi ini membuat IHSG rawan koreksi lanjutan di Rabu (6/9),” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan sejumlah saham barang baku, seperti BRMS dan NCKL yang berpotensi lanjutkan penguatan.
Kemudian, saham SMGR dan INTP berpotensi lanjutkan tren rebound. Mengikuti, saham energi, PTBA dan PGAS. Diluar kedua sektor tersebut, saham-saham unggulan TLKM, UNTR, ISAT dan CPIN dapat diperhatikan.
(fad)