Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Bisa Kian Lemah Terbebani Harga Minyak, China dan The Fed

Ruisa Khoiriyah
06 September 2023 08:10

Warga menghitung uang rupiah di layanan kas keliling Bank Indonesia di Pasar Tebet, Selasa (4/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Warga menghitung uang rupiah di layanan kas keliling Bank Indonesia di Pasar Tebet, Selasa (4/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah kemungkinan masih akan menghadapi tekanan pelemahan menyusul kecenderungan pelaku pasar yang masih waspada menunggu kemajuan perbaikan ekonomi China dan jelang FOMC meeting bank sentral Amerika Serikat.

Kenaikan harga minyak dunia juga memberi beban tambahan bagi rupiah. Harga minyak dunia yang semakin mahal bisa mengerek lagi banderol BBM nonsubsidi baik di SPBU Pertamina maupun swasta. Kenaikan harga BBM nonsubsidi bisa memicu peralihan konsumsi konsumen ke BBM subsidi Pertalite. Itu berpotensi membebani neraca pembayaran RI dan kekuatan APBN dan ujung-ujungnya bisa melemahkan nilai tukar.

Animo pemodal di pasar surat utang terlihat surut dengan nilai permintaan dalam lelang surat utang negara kemarin terjatuh ke level terendah sepanjang tahun ini. Minat investor asing juga susut. Aksi jual di pasar surat utang masih berlangsung kemarin terindikasi dari pelemahan indeks Inter Dealer Market Association (IDMA) dan kenaikan yield sebagian besar surat utang benchmark.

Rupiah ditutup melemah di kisaran Rp15.265/US$ di pasar spot, sementara kurs tengah Bank Indonesia juga mencatat pelemahan ke Rp15.260/US$. Nilai rupiah di pasar berjangka juga terpantau terus melemah dengan kontrak nondeliverable forward (NDF) 1 pekan berada di Rp15.314/US$ pagi ini. 

Data terbaru mencatat, pemodal asing mencetak posisi jual bersih US$82,7 juta di pasar surat utang negara pada 4 September.