“Mungkin masih akan ada di minggu pertama, minggu kedua, tapi seharusnya nanti secara keseluruhan di bulan September kita mengharapkan hotspot ini sudah berkurang dari jumlah yang ada di bulan Agustus,” terangnya.
Akibat dari Indonesia yang mengalami puncak musim kemarau, BNPB mencatat terdapat 32 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dari 46 kejadian bencana pada periode 28 Agustus hingga 3 September 2023. Artinya, 70% bencana didominasi karhutla.
Karhutla dipicu oleh kekeringan yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra Selatan, Bengkulu bagian selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan, dan Sulawesi bagian tengah hingga selatan. Wilayah tersebut sangat jarang mendapatkan awan hujan. Bahkan beberapa kabupaten di Jawa tercatat sudah memasuki fase 45 hari tanpa hujan sejak Juni.
“Jadi sudah ada lebih dari 1 setengah bulan bahkan hampir hampir 2 bulan mereka hari tanpa hujan. Selain kekeringan, cuaca panas, semak belukar kering, tersulut sedikit itu bisa menjadi api dan biasanya akan segera merambat karena tidak ada kelembapan yang cukup untuk bisa menghentikan itu,” terangnya.
“Kalau kita petakan sebenarnya mungkin hampir setengah dari total kabupaten di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, terutama yang Jawa Timur bagian Tapal Kuda itu sudah sangat terdampak kekeringan. Di Jawa Barat, Kabupaten Bogor dan Sukabumi itu juga sangat terdampak paling banyak dan sudah memerlukan dukungan air bersih,” lanjutnya.
Abdul mengatakan fase ini sudah tergolong darurat dan penyaluran air bersih dibutuhkan segera untuk mengantisipasi dampak yang terjadi secara jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang, perlu dilakukan restorasi ekosistem atau modifikasi cuaca untuk menambah jumlah atau volume air yang ada di danau atau waduk pada fase prabencana.
Meski Indonesia memasuki puncak kemarau, terdapat beberapa daerah di Indonesia yang masih mengalami banjir, seperti Sumatra bagian tengah. Ini terjadi karena dipengaruhi fenomena-fenomena regional seperti gelombang, ekuator dan aspek lainnya yang menyebabkan intensitas hujan cukup tinggi.
“Secara distribusi spasial bisa kita lihat meskipun di Sumatra rata-rata banjir masih ada, tapi kalau Kalimantan dan Jawa terutama cuma dua bencananya di minggu ini, yaitu karhutla dan kekeringan murni hidrometeorologi kering,” tutupnya.
(dov/ain)