Sekadar catatan, fasilitas pengolahan bijih bauksit menjadi alumina disebut refinery atau pemurnian. Adapun, fasilitas smelter atau peleburan diepruntukkan untuk pengolahan alumina menjadi aluminium.
Saat ini, kapasitas pengolahan alumina menjadi aluminium di dalam negeri baru mencapai 250.000 ton/tahun, dengan jumlah 4 refinery. Pemerintah mengharapkan, dengan adanya smleter baru, kapasitas tersebut bisa naik menjadi 500.000—750.000 ton/tahun.
Padahal, berdasarkan catatan pemerintah, kebutuhan aluminium domestik sendiri saat ini sudah menembus lebih dari 1 juta ton. Artinya, Indonesia masih membutuhkan lebih banyak pengolahan komoditas tersebut.
Namun, untuk memenuhi kebutuhan itu, Agus mengatakan pemerintah sendiri masih bisa melakukan impor aluminium.
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif juga juga tidak menampik jika pelarangan bijih bauksit sejak 11 Juni lalu itu tercatat mulai menurun dibawah 27 juta ton, berdasarkan pemetaaan.
Selain itu, berdasarkan catatan Kementerian ESDM, pelarangan ekspor bauksit setengah jadi juga akan memangkas pendapatan negara dan kehilangan kesempatan kerja di pertambangan.
Namun, dari fasilitas pemurnian yang telah beroperasi, terdapat nilai tambah bijih bauksit sebesar US$1,9 miliar, sehingga pemerintah masih mendapatkan manfaat bersih sejumlah US$1,5 miliar dan lapangan pekerjaan untuk 7.627 orang.
Lalu, terdapat risiko pengurangan ekspor bauksit pada 2023 sampai dengan ± 8,09 juta ton atau setara dengan ± US$288,52 juta. Pada 2024, terdapat bauksit yang tidak diserap dalam negeri sebesar ± 13,86 juta ton atau setara dengan nilai ekspor ± US$494,6 juta.
Kemudian, penurunan penerimaan negara dari royalti bauksit diperkirakan mencapai senilai US$49,6 juta. Sementara itu, tenaga kerja sebanyak 1.019 orang untuk kegiatan produksi maupun penjualan berpotensi tidak dapat bekerja.
Namun, dengan terdapatnya empat smelter eksisting, pemerintah memperhitungkan terdapat peningkatan nilai tambah dari penghiliran bauksit sebesar US$1,9 miliar untuk ekspor dan 8.646 orang untuk serapan tenaga kerja.
"Mereka [investor pengolahan bauksit] kan ikut pasar. Kalau pada kelebihan stok bijih bauksit, tidak ada yang beli, ya mereka akan ikuti siklus itu,” terang Irwandy medio Agustus.
(ibn/wdh)