Satu kata kunci: properti. Sektor ini telah mengalami penurunan sejak tahun 2021, setelah Beijing memperketat kredit ke pengembang besar dan meminta para bank memperlambat pemberian kredit properti. Hal ini sebagai bagian dari kebijakan khusus untuk mengurangi ketergantungan perekonomian pada real estate.
Perumahan, bersama dengan industri terkait seperti baja, semen, dan kaca, menyumbang sekitar 20% produk domestik bruto (PDB) negara ini. Akibat dari pembatasan-pembatasan itu, penjualan perumahan anjlok dan investasi properti mengalami kontraksi.
Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan penurunan sektor perumahan akan mengurangi pertumbuhan PDB China sebesar 1,5 poin persentase tahun ini.
Krisis properti ini juga berarti pemerintah daerah, yang bertanggung jawab atas sebagian besar pengeluaran publik di China, mempunyai lebih sedikit uang karena mereka mengandalkan pendapatan dari penjualan perumahan dan tanah.
Akibatnya, mereka telah memangkas pengeluaran, sebuah kontraksi fiskal yang diperkirakan oleh UBS Group AG setara dengan satu poin persentase dari PDB pada paruh pertama tahun ini.
Sementara itu, ekspor telah mengalami penurunan hingga dua digit, dan pertumbuhan pendapatan lebih lambat.
Tingkat pengangguran yang masih cukup tinggi, terutama bagi kaum muda, menandakan kepercayaan konsumen masih lemah. Dengan menggabungkan semua faktor tersebut, pertumbuhan PDB kemungkinan akan mencapai 5,1% tahun ini, menurut survei Bloomberg terbaru terhadap para ekonom, meskipun beberapa bank Wall Street melihat kemungkinan akan meleset dari target resmi.
2. Apa yang telah dilakukan Beijing sejauh ini?
Para pembuat kebijakan mulai menghapuskan pembatasan pembiayaan bagi pengembang properti dan menurunkan biaya kredit pinjaman tahun lalu. Tetapi, mereka menghadapi risiko bertambahnya lingkaran setan, di mana arus kas berkurang dan membuat pengembang tidak dapat menyelesaikan pembangunan properti.
Hal ini merugikan minat pembeli dan menyebabkan penurunan lebih lanjut pada penjualan dan harga. Mereka mengizinkan kota-kota besar, yang menerapkan kebijakan ketat, untuk menurunkan persyaratan uang muka rumah, mengambil langkah-langkah untuk mendorong pembelian properti kedua, dan meminta bank-bank menurunkan suku bunga hipotek yang ada.
Di tempat lain, Beijing telah mengakhiri tindakan keras terhadap perusahaan platform internet dan berjanji lebih mendukung perusahaan sektor swasta dan meninggalkan akses mereka terhadap pendanaan.
China juga mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pendanaan pemerintah daerah dengan merestrukturisasi utang mereka dengan suku bunga lebih rendah. Tujuannya mendukung pengeluaran dan investasi infrastuktur, dan mengambil langkah-langkah untuk memperkuat pasar saham negara.
Di sisi kebijakan moneter, bank sentral telah menurunkan suku bunga sebanyak dua kali tahun ini dan mengambil langkah-langkah yang lebih kuat untuk mendukung yuan.
3. Apakah masih ada langkah yang bisa diambil?
Pemerintah pusat belum melakukan peningkatan penerbitan utangnya sendiri, yang merupakan obligasi yang paling dicari karena dianggap paling aman. Tujuan penerbitan obligasi untuk membiayai pengeluaran seperti apa yang dilakukan sebelumnya.
Pemerintah pusat menjual obligasi khusus pada 2020 ketika pandemi melanda, dan pada 2009 untuk meredam damprak krisis keuangan global.
Sebagian besar ekonom berpendapat masih ada ruang untuk melakukannya lagi, karena utang pemerintah pusat China tergolong rendah jika dibandingkan dengan standar internasional.
Selain itu, tingkat kendali pemerintah yang tinggi terhadap arus modal dan bank-bank dalam negeri memberi banyak ruang bagi China untuk melakukan pinjaman. Dana tersebut kemudian dapat digunakan untuk sejumlah pilihan pengeluaran publik yang berbeda.
4. Apa itu opsi 'bazooka'?
Pada trader telah menggunakan istilah ini untuk merujuk pada penggunaan dana pemerintah pusat yang dibelanjakan langsung untuk ekonomi dalam skala besar. Beberapa ekonom mengharapkan langkah-langkah yang sebanding dengan stimulus sebesar 4 triliun yuan yang diumumkan pada 2008, setara dengan 10% PDB saat itu.
Perbandingan lainnya adalah dengan penggunaan 3 triliun yuan dana bank sentral untuk meningkatkan penjualan properti, setelah kemerosotan pada 2014 hingga 2015.
Para ekonom berpendapat bahwa dana pemerintah pusat dapat digunakan dengan cara radikal yang belum pernah dicoba oleh China sebelumnya, yaitu dengan memberikan pendapatan langsung kepada rumah tangga atau bisnis, seperti yang dilakukan oleh AS dan Eropa selama pandemi.
Cara lain membeli properti untuk mendorong kenaikan harga.
5. Apa yang membuat para pemimpin ragu?
Meskipun banyak indikator yang mengecewakan akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi tidak anjlok. Masih ada peluang untuk mencapai target sebesar 5% tahun ini, selama pasar properti tidak memburuk.
Para pejabat juga senang bahwa sektor industri maju, seperti kendaraan listrik yang berjalan dengan baik. Presiden Xi dan para ajudannya mengejar pertumbuhan yang "berkualitas".
Pemerintah tidak lagi berfokus pada laju ekspansi ekonomi. Mereka menekankan untuk tidak mengandalkan properti sebagai alat stimulus jangka pendek, dan membatasi penumpukan utang pemda.
Hal lain adalah berupaya menghindari hal-hal yang berlebihan di masa lalu, di mana ekspansi yang didorong oleh utang mengarah pada proyek-proyek besar dan proyek-proyek industri yang tidak berjalan mulus.
Ada juga politik internal. Beijing tidak selalu mempercayai pemda untuk mendistribusikan uang dengan cara yang efisien, atau tanpa korupsi. Pemberian uang tunai kepada konsumen juga tidak mungkin terjadi.
Xi di masa lalu telah memperingatkan tentang jebakan "kesejahteraan", yang menurut para pejabat senior dapat menyebabkan "kemalasan."
Wang Tao, kepala ekonom UBS, mengatakan para pemimpin melihat lapangan kerja sebagai cara terbaik untuk meningkatkan konsumsi. Mereka percaya bahwa cara melakukannya adalah dengan mendukung sektor korporasi dengan pemotongan pajak. Jadi kata kuncinya tetap "stimulus yang ditargetkan."
6. Mengapa ini penting?
Dalam tatanan global, sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, tren PDB yang lebih lemah akan berdampak pada hampir setiap negara. Menurut IMF, ketika tingkat pertumbuhan China meningkat 1 poin persentase, negara-negara lain akan mendapatkan keuntungan sekitar 0,3 poin persentase.
Negara-negara seperti Australia dan Chili, yang mengekspor bahan baku seperti bijih besi dan tembaga, biasanya paling banyak terkena dampaknya.
China juga merupakan pembeli minyak terbesar dari Timur Tengah dan produk teknologi dari negara tetangganya di Asia Timur. Bisnis asing yang beroperasi di China, mulai dari Volkswagen AG, Nike Inc. dan McDonald's Corp.
Para korporasi besar ini rentan terhadap pertumbuhan pendapatan yang lebih lambat dan penurunan penilaian saham.
Negara-negara di seluruh dunia yang menyambut kedatangan wisatawan China, mungkin mengalami penurunan pengeluaran. Bagi AS, yang tetap menjadi mitra perdagangan terbesar China, perlambatan ekonomi di negara tersebut dapat membantu menurunkan inflasi.
Namun, kemungkinan tidak cukup untuk mengubah kebijakan Bank Sentral AS the Federal Reserve, kecuali jika terjadi hardlanding di China.
Konsekuensi politik kemungkinan juga bisa muncul. Pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di China dapat menyebabkan lebih banyak ketidakpuasan dalam negeri dan mengurangi pengaruh global Beijing jika, misalnya, China mengurangi pinjaman ke negara-negara berkembang.
-Dengan asistensi dari Nasreen Seria.
(bbn)