Ketidakpastian tentang masa depan pasokan dari salah satu eksportir gandum terbesar di dunia telah berkontribusi pada volatilitas harga gandum global selama beberapa pekan terakhir. Begitu juga dengan meningkatkan konflik di sekitar Laut Hitam.
Rusia meluncurkan serangkaian serangan drone di wilayah Odesa selatan Ukraina sebelum perundingan tersebut, yang menyebabkan kerusakan pada fasilitas penyimpanan, industri, serta peralatan pertanian. Selain itu, dua pelabuhan sungai yang merupakan jalur ekspor alternatif utama ke Laut Hitam, menjadi target dalam serangan-serangan ini, yang menjadi penentu arah pembicaraan.
Selama perundingan, Putin mengungkapkan kekhawatiran tentang lonjakan serangan drone Ukraina pada pipa gas Rusia. Menurut layanan berita Interfax, Menteri Pertahanan Rusia kemudian menyebut serangan drone ini sebagai salah satu alasan Rusia keluar dari kesepakatan tersebut.
Turki membantu mediasi kesepakatan biji-bijian yang memungkinkan Ukraina untuk melanjutkan ekspor ke pasar global selama konflik berlangsung dengan Rusia.
Namun, kesepakatan ini sudah menghadapi tantangan sejak awal. Ekspor gandum Ukraina berkali-kali terganggu oleh pemeriksaan kapal yang lambat dan ketegangan politik.
Rusia memutuskan keluar dari kesepakatan itu dan menutup koridornya pada bulan Juli, dengan dalih tuntutan mereka untuk kondisi perdagangan yang lebih baik telah diabaikan.
Sebelum perundingan ini, Ukraina mengaku bergantung pada dukungan Turki untuk mengembalikan kesepakatan biji-bijian. Ukraina juga mengungkap kesiapannya untuk mengekspor biji-bijian ke negara-negara miskin di Afrika dan Asia.
Ukraina menekankan pentingnya mengatasi masalah keamanan pangan global di tengah tindakan agresif Rusia di sektor keamanan pangan.
--Dengan asistensi dari Áine Quinn dan Daryna Krasnolutska.
(bbn)