Lahir pada akhir 1960-an, beberapa tahun setelah minyak ditemukan di Abu Dhabi, Sheikh Tahnoon kian menjadi wajah dari aspirasi global negaranya. "Pemimpin UAE telah mengenali sumber kebijakan negaranya yang paling penting adalah keuangan," kata Karen Young dari Columbia University. Sheikh Tahnoon kini menjadi strategi di balik berbagai alat kebijakan ekonomi negara.
Pertimbangan awal untuk membeli Standard Chartered Plc dan Lazard Ltd. menyoroti ambisinya. Kesepakatan lain termasuk investasi di pemilik TikTok Inc., ByteDance Ltd., dan kerja sama dengan Cerebras Systems Inc., yang baru-baru ini membangun superkomputer AI pertama sebagai alternatif sistem yang menggunakan teknologi Nvidia Corp.
Meskipun memiliki sumber daya keuangan yang luas, entitas yang dimiliki oleh Sheikh Tahnoon kadang-kadang kesulitan untuk menyelesaikan kesepakatan lintas batas, seperti yang untuk Standard Chartered, akibat kesulitan menavigasi regulasi M&A di luar negeri.
Para bankir dan pengacara memperingatkan bahwa beberapa kendaraan investasi Abu Dhabi mungkin akan melambat akibat tinjauan keamanan nasional karena AS melakukan pemeriksaan yang lebih ketat terhadap kesepakatan oleh investor internasional dengan hubungan bisnis dengan pemerintah China. UAE yang disebut akan bergabung dengan kelompok BRICS, saat ini lebih dekat ke orbit Beijing.
Tekanan tambahan muncul pada saat kendaraan investasi Sheikh Tahnoon menunjukkan kecenderungan khusus untuk pasar berkembang. Perusahaan AI dari UEA G42 sedang membangun tim di kota-kota Asia, termasuk Shanghai, untuk mencari peluang investasi, menurut laporan Bloomberg. Sementara itu, firma investasi pribadi Sheikh Tahnoon, Royal Group, telah lama dekat dengan India, yang oleh para bos di sana disebut sebagai mesin pertumbuhan potensial dekade berikutnya.
International Holding Co. milik Sheikh Tahnoon sedang aktif menjelajahi peluang di pasar berkembang, kata CEO konglomerat Abu Dhabi, Syed Basar Shueb, dalam komentar tertulis sebagai tanggapan atas pertanyaan dari Bloomberg.
Shueb, salah satu orang dekat Sheikh Tahnoon, mengatakan bergabung dengan BRICS akan memungkinkan UEA memperkuat kemitraan globalnya.
Perwakilan Royal Group, G42, kantor media pemerintah UAE dan Kementerian Luar Negeri tidak menanggapi permintaan tanggapan.
Sheikh Tahnoon memegang kendali atas Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) pada Maret lalu. Beberapa hari kemudian, Presiden UAE Sheikh Mohammed bin Zayed, menunjuk putra sulungnya sebagai pewaris. ADIA, dengan nilai US$993 miliar, adalah salah satu SWF terbesar di dunia.
First Abu Dhabi Bank PJSC di bawah Sheikh Tahnoon juga membeli unit Bank Audi di Mesir pada 2021 meski sempat mempertimbangkan Standard Chartered. Namun, setahun kemudian, menarik kembali tawaran US$1,2 miliar untuk bank investasi Mesir, EFG-Hermes, setelah menghadapi keterlambatan regulasi.
Tarik Miliarder ke Abu Dhabi
Meskipun demikian, emirat tetap menjadi pusat pembuatan kesepakatan, dan Sheikh Tahnoon telah menjadi titik utama dengan pengaruh finansialnya yang semakin berkembang untuk menarik lebih banyak miliarder.
Pendiri Bridgewater Associates, Dalio, sedang mendirikan cabang kantornya di Abu Dhabi dan bermitra dalam kesepakatan dengan Sheikh Tahnoon, demikian dilaporkan oleh Bloomberg.
Sebagai penengah diplomatik untuk saudaranya, yaitu sang presiden, Sheikh Tahnoon juga telah membantu negaranya mendorong ke pasar yang geopolitiknya signifikan di seluruh dunia.
UAE telah menandatangani serangkaian perjanjian untuk berinvestasi di ekonomi Asia dan Afrika, termasuk di Indonesia di mana G42 dan Dalio telah membahas kemitraan untuk membantu membangun ibu kota baru (IKN).
Di tingkat regional, Sheikh Tahnoon telah berada di garis depan investasi di Mesir dan, baru-baru ini, Turki - di mana UEA telah berkomitmen untuk memompa lebih dari US$50 miliar minyak.
"Pasti ada komponen geo-strategis dalam beberapa investasi Abu Dhabi ke luar negeri," kata Steffen Hertog, profesor asosiasi di London School of Economics.
"Mengingat latar belakang Sheikh Tahnoon di bidang keamanan dan perannya sebagai utusan tingkat tinggi di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, SWF di bawah kendalinya untuk memasukkan dimensi tersebut."
Lebih Besar dari Goldman Sachs
Pengaruh Sheikh Tahnoon, tentu saja, juga dirasakan di dalam negeri. Salah satu kunci dari kekaisarannya adalah IHC, yang telah berubah menjadi raksasa senilai US$240 miliar dari sebuah perusahaan budidaya ikan yang kurang dikenal.
Saat ini ukuran perusahaan itu dua kali lipat dari Goldman Sachs Group Inc. dan Blackstone Inc., namun itu belum banyak menarik investor internasional dan IHC tidak ditinjau oleh para analis yang dilacak oleh Bloomberg.
"Hari demi hari, komitmen IHC terhadap transparansi terlihat dalam aktivitas bisnisnya," kata Shueb, yang juga CEO IHC.
Perusahaan ini telah membantu meningkatkan bursa setempat, yang telah naik 92% sejak awal 2020. Meski banyak investor meninggalkan pasar negara berkembang, nilai kapitalisasi bursa Abu Dhabi bertambah lebih dari US$600 miliar.
Sebagian keuntungan tersebut diperoleh dari berbagai kesepakatan yang melibatkan kepemilikan pribadi Sheikh Tahnoon dan SWF yang ia awasi.
Contoh terbaru adalah kesepakatan yang melibatkan ADQ dan IHC untuk menciptakan raksasa real estat senilai US$12 miliar. Sheikh Tahnoon juga telah menciptakan entitas baru yang menghasilkan kekayaan bagi generasi penerus keluarga penguasa dan memastikan dominasi entitas terkait negara dalam sistem pasar yang lebih luas.
--Dengan asistensi Dinesh Nair.
(bbn)