Mengacu pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional pada Selasa (5/9/2023), enam jenis beras kesemuanya mencatat kenaikan. Kenaikan terbesar dialami oleh beras kualitas bawah II yang naik hingga 2,45% atau Rp300/kg menjadi Rp12.550/kg.
Sementara beras kualitas medium, yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, juga mencatat kenaikan hampir 2% ke kisaran Rp13.800-Rp14.000/kg. Sedangkan beras kualitas super kenaikannya antara 1,32%-1,72% ke kisaran Rp14.750/kg untuk beras super II dan menjadi Rp15.300/kg untuk beras super 1.
"Harga beras di pasar tradisional dan modern telah naik 7,8% sepanjang tahun ini, mencapai 11,1% secara tahunan. Dengan Indonesia telah melewati masa panen, akan ada masa kritis di depan karena konsumsi beras akan melebihi produksi bulan Oktober-Desember, itu membuka potensi berlanjutnya lonjakan harga beras sehingga memengaruhi prospek konsumen pada kuartal IV tahun ini," kata Satria Sambijantoro dan Drewya, analis Bahana Sekuritas dalam catatan hari ini (5/9/2023).
Kenaikan harga beras menjadi momok inflasi di sisa tahun terutama ketika dampak fenomena El Nino semakin sering menggagalkan panen di berbagai daerah akibat kekeringan.
Beras dan makanan yang terkait dengan nasi, memiliki porsi 5% dalam Indeks Harga Konsumen nasional dan menjadi penyumbang inflasi terbesar kedua setelah perumahan, listrik, bahan bakar dan data seluler. "Bagi masyarakat di bawah garis kemiskinan, pengeluaran beras menyumbang 19% dari konsumsi rumah tangga," kata analis.
Catatan BPS, inflasi beras telah berkontribusi 0,19% terhadap inflasi tahunan hingga sembilan bulan tahun ini.
Untuk Januari-Oktober, produksi beras diperkirakan mencapai 29,2 juta ton. Sementara Oktober-Desember, konsumsi beras akan melampaui produksi sehingga ada risiko kenaikan harga beras akan terus berlanjut di sisa tahun ini.
Catatan Bahana, Januari-Juni 2023, rata-rata impor beras pemerintah mencapai 177.800 ton atau US$ 94,3 juta per bulan, itu adalah angka impor tertinggi dalam 10 tahun terakhir. "Pemerintah memiliki kebutuhan beras 639.000 ton untuk mendukung paket bansos yang akan diberikan pada 21 juta rumah tangga," jelas analis.
Indonesia akan memulai penyaluran bantuan sosial beras 10 kilogram pada lebih dari 22 juta rumah tangga bulan ini, disusul dengan penguatan stok beras dengan impor dari Kamboja sebanyak 250.000 ton.
Prediksi Kementarian Pertanian, El Nino berisiko membuat tanaman padi di atas lahan 2.269 hektare gagal panen tahun ini.
"Ada 1.800 ha terancam puso [gagal panen], kemudian dari 20.255 ha lahan yang kekeringan, yang terancam puso ada 469 ha," kata Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Serelia Kementerian Pertanian Gandhi Purnama di acara Forum Group Discussion Antisipasi Musim Kemarau 2023, awal Agustus.
Keputusan India membatasi ekspor beras telah melambungkan harga beras dunia dekati level tertinggi dalam 15 tahun terakhir.
"Masyarakat miskin adalah yang paling terluka kala harga beras melejit tinggi. Perhatian besar saat ini adalah apakah Thailand dan Vietnam akan mengikuti India menempuh pembatasan ekspor. Bila itu sampai terjadi, kita akan menyaksikan harga beras dunia akan melampaui US$ 1.000," kata Peter Timmer, Profesor Emeritus Harvard University seperti dilansir oleh Bloomberg News, akhir pekan lalu.
Harga BBM Melejit
Bukan cuma harga beras yang melesat naik di tengah memanasnya kontestasi perpolitikan jelang penyelenggaraan Pemilu 2024.
Harga bahan bakar minyak (BBM) juga dibayangi kenaikan harga lebih lanjut menyusul harga minyak dunia yang terus melesat tinggi mendekati level tertinggi November 2022.
PT Pertamina Persero mengumumkan kenaikan harga BBM nonsubsidi mulai 1 September. Untuk jenis Pertamax RON 92 naik 7,25% menjadi Rp13.300/liter. Sementara Pertamax Turbo naik 10,4% menjadi Rp15.900/liter.
Sedangkan Dexlite naik Rp2.400 atau 17% menjadi Rp16.350/liter disusul Pertamina Dex yang naik terbanyak sampai Rp2.550 menjadi Rp16.900/liter. Kenaikan harga BBM juga terjadi di SPBU swasta yang tak kalah tinggi juga.
Meski sejauh ini konsumsi BBM nonsubsidi tidak sebesar BBM subsidi seperti Pertalite yang bisa mencapai 55% dari total penjualan, kenaikan harga itu bisa memperketat suplai Pertalite terdorong potensi peralihan konsumen dari BBM nonsubsidi ke BBM subsidi.
Pada akhirnya, hal itu bisa melonjakkan konsumsi Pertalite dan pada akhirnya mengerek beban subsidi APBN.
Pertamina memperkirakan, permintaan BBM dan LPG bersubsidi untuk tahun ini akan melebihi kuota yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kebutuhan Solar, misalnya, diperkirakan mencapai 18 juta kiloliter dari pagu 16 juta kiloliter. Sementara LPG 3 kilogram bisa mencapai 8,28 metrik ton dari alokasi 8 juta mt.
Sedangkan realisasi konsumsi Pertalite sampai Agustus lalu, telah mencapai 19,27 juta kiloliter, atau hampir 60% dari kuota tahun ini.
Beras dan BBM adalah barang-barang kebutuhan pokok masyarakat, di mana kenaikannya bisa berdampak besar bagi daya beli terutama bagi kalangan yang rentan.
Hasil survei konsumen terakhir yang dirilis oleh Bank Indonesia menunjukkan, kelompok berpenghasilan bawah Rp1 juta-Rp2 juta mencatat kenaikan porsi pengeluaran dan menurunkan porsi pendapatan untuk ditabung. Kuat dugaan kenaikan pengeluaran untuk konsumsi kelompok ini salah satunya akibat tekanan harga makanan pokok seperti beras.
Keyakinan konsumen RI pada Juli tercatat menjadi yang terendah dalam 4 bulan terakhir kendati masih berada di zona optimistis di atas 100.
Sementara indeks ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depan, juga mencatat penurunan dari 137,5 pada Juni menjadi 133,2 di bulan berikutnya. Penurunan itu akibat terkikisnya keyakinan konsumen terhadap prospek penghasilan ke depan.
“Optimisme responden terhadap penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu menurun dibandingkan bulan sebelumnya, terutama pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 1-2 juta,” ungkap laporan BI.
Demikian juga keyakinan terhadap ketersediaan lapangan kerja ke depan juga menurun terutama di kalangan berpendidikan tinggi/akademi.
Mengacu pada data, perbaikan ketersediaan lapangan kerja di Indonesia memang belum memuaskan dengan pertumbuhan upah yang masih tergilas oleh inflasi. Indonesia sejauh ini masih mencatat angka pengangguran yang tinggi.
Tingkat pengangguran di Indonesia masih di angka 5,45% per Februari 2023, menurut data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik. Persentase itu setara dengan 7,9 juta orang. Angka itu masih di atas level sebelum pandemi pada 2019 di mana jumlah pengangguran di Indonesia sekitar 7,1 juta orang.
"Jumlah pekerjaan yang hilang pada tahun pertama pandemi telah kembali dengan rekrutmen tenaga kerja di sektor manufaktur yang sepertinya meningkat. Akan tetapi, angka pengangguran masih harus diatasi supaya bisa kembali rendah seperti sebelum pandemi," kata Tamara M. Henderson, ekonom Bloomberg Economics dalam riset terbaru yang dirilis akhir Agustus.
Yang juga perlu disoroti adalah perbaikan upah. Meski terlihat mulai ada permintaan tenaga kerja, sejumlah indikator menunjukkan kenaikan upah tidak mampu mengimbangi inflasi di Indonesia, kata ekonom.
Berdasarkan data BPS yang dikompilasi oleh Bloomberg Technoz, pada dua tahun sebelum pandemi merebak, rata-rata pertumbuhan upah pekerja di Indonesia antara 3%-3,15% per tahun.
Pada tahun ketika pandemi Covid-19 pecah, pertumbuhan upah pekerja langsung meluncur turun terkontraksi -5,4% dan berlanjut tahun berikutnya dengan kontraksi hampir 1%.
Pertumbuhan upah baru mulai bangkit pada 2022, dengan low base effect, mencatat kenaikan 12,26% ketika inflasi domestik tahun lalu tercatat di kisaran 5,51%. Tahun lalu, inflasi tertinggi sempat menapak ke level tertinggi di 6% pada September 2022.
Memasuki 2023, berdasarkan data ketenagakerjaan yang dirilis BPS terakhir, pertumbuhan upah justru kembali terkontraksi -4,11% ketika inflasi masih di atas 5%. Artinya, upah pekerja di Indonesia masih kalah oleh inflasi yang tinggi.
Pendapatan yang masih dikalahkan oleh inflasi berujung pada penurunan daya beli.
(rui/aji)