“Yang tepat adalah melakukan dekonsentrasi, diversifikasi, dan memperdalam perdagangan global dengan membawa lebih banyak negara dan komunitas dari kelompok pinggiran ke kelompok arus utama,” katanya.
“Memperluas jaringan produksi dan perdagangan global ke Afrika, Amerika Latin, dan Asia akan membuat negara-negara tersebut lebih tahan terhadap guncangan lokal dan lebih inklusif dalam hal sosio-ekonomi.”
Okonjo-Iweala memuji Uni Eropa atas investasinya dalam pembuatan vaksin di Afrika. Pada saat yang sama, ia mendesak para pemimpin Eropa untuk membantu menemukan “solusi rasional” untuk mengatasi arus migrasi dari Afrika.
Okonjo-Iweala juga menyalahkan pemerintah negara-negara barat karena gagal menawarkan pendanaan yang cukup untuk membantu transisi negara-negara berkembang menuju ekonomi hijau sebagai upaya mengurangi dampak perubahan iklim.
“Pemerintah negara-negara Barat telah melewatkan kesempatan ini,” katanya.
“Kegagalan dalam memenuhi janji pendanaan iklim tidak hanya berdampak buruk bagi manusia di bumi, namun juga memberikan sinyal politik yang merusak.”
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengakui bahwa negara-negara barat “tidak sempurna” dan mengatakan analisis yang lebih kritis terhadap kebijakan perdagangan Eropa akan membantu memperkuat blok perdagangan yang beranggotakan 27 negara tersebut.
Baerbock, yang menjadi tuan rumah konferensi di kementeriannya, mengatakan kepada peserta bahwa WTO adalah forum penting untuk membantu memecahkan masalah yang muncul di tengah ketegangan antara AS dan China.
“Kami berupaya mewujudkan hal ini dengan segenap kekuatan kami,” kata Baerbock.
“Kami juga akan terus mencari cara-cara baru ke depan dengan mitra-mitra yang sulit, meskipun kami tidak sepakat dalam semua masalah.”
(bbn)