Logo Bloomberg Technoz

Potensi lonjakan permintaan solar, kata Nicke, kian diperburuk oleh cuaca ekstrem yang tengah dihadapi Eropa. Walhasil, meski harga minyak mentah (crude) bisa dijaga, jika suplainya di pasar berkurang akibat lonjakan permintaan solar, harga minyak pun dapat terbang pada akhir tahun ini.

Nicke Widyawati di DPR (YouTube TV Parlemen)

Untungnya, kata Nicke, Indonesia tidak lagi ketergantungan impor solar. Dengan demikian, kenaikan harga solar di pasar dunia relatif tidak akan memengaruhi harga di dalam negeri. Permasalahannya, Indonesia masih kecanduan impor bensin (gasoline).

“Untuk gasoline seperti Pertamax dan Pertalite, 30% crude-nya masih impor. Ini yang harus kita jaga. Oleh karena itu, kami akan mendorong supaya kita bisa mandiri gasoline. Kalau Solar kita sudah campur dengan biodiesel untuk kemandirian solar. Nah ini pun bisa dilakukan untuk gasoline. Kami melihat gasoline perlu kita campur juga dengan bioenergy untuk jangka panjangnya.”

Menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), impor BBM Indonesia pada tahun lalu menembus 27,86 juta kiloliter (kl), naik 12,6% dari 2019 atau sebelum pandemi yang sebanyak 24,73 juta kl.

Dari jumlah tersebut, impor bensin RON 90 atau setara Pertalite tahun lalu terdata sekitar 15,11 juta kl atau meroket 86% secara tahunan. Adapun, impor solar tahun lalu mencapai 5,27 juta kl alias naik 65% secara tahunan. 

Pertamina Hulu Energi. (Dok. Pertamina Hulu Energi)


Strategi Jaga Suplai

Untuk menjaga harga BBM di tengah risiko gejolak harga minyak pada akhir tahun, Nicke menjabarkan Pertamina akan fokus dari hulu ke hilir agar suplai di dalam negeri tidak kekurangan.

Di tingkat hulu, Nicke menyebut perseroan mengupayakan optimasi produksi kilang. Saat ini produksi minyak Pertamina di hulu diklaim telah naik 7% dari tahun lalu, dengan kontribusi sebesar 68% terhadap total produksi minyak nasional.

“Tapi ternyata tidak cukup. Jadi kami tingkatkan juga produksi [kilang Pertamina] di luar negeri yang kami bawa pulang. Jadi investasi di luar yang temanya ‘Bring the Barrel Home’,” tuturnya.

“Hari ini sekitar 25% crude masih diimpor. Jadi, saat ada penurunan sedikit saja terhadap produksi dalam negeri, otomatis akan meningkatkan impor minyak. Harga minyak impor ini lebih mahal dari produksi nasional.”

Nicke menggarisbawahi tantangan memacu produksi minyak di hulu adalah usia kilang yang sudah tua dengan penambahan kapasitas yang pas-pasan. Tahun lalu, penambahan kapasitas kilang Pertamina mencapai 100.000 barel per hari.

Adapun, kesiapan operasi kilang minyak Pertamina diklaim mencapai 99,7%, di mana 0,3% lainnya tidak siap beroperasi karena dalam fase perawatan. “Jadi tidak boleh ada shutdown kilang selain untuk program maintenance,” kata Nicke. 

Kinerja sektor hulu migas semester I-2023./Sumber: SKK Migas

Di tingkat hilir, Nicke menyebut Pertamina mengawasi stok BBM dan LPG secara waktu riil dengan sistem yang terintegrasi untuk memantau pasok di kilang, kapal, terminal bahan bakar, hingga stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) agar tidak terjadi kelangkaan.

“Berikutnya adalah menjaga agar realisasi [penyaluran] BBM dan LPG subsidi tidak melebihi kuota. Terlebih, pola subsidi di Indonesia ini sangat rumit. Mengangkut BBM ke Papua saja bisa dengan 5 moda transportasi. Nah, untuk menjaga agar tepat sasaran, tentunya outlet BBM Satu Harga harus dijaga,” tuturnya.

Saat ini Pertamina tercatat memiliki 448 gerai BBM Satu Harga yang jumlahnya akan terus ditingkatkan dan harga jualnya dipastikan sama dengan di SPBU.

Khusus untuk LPG 3 Kg, Nicke menyebut masih ada 9 provinsi dan 103 kabupaten yang belum mendapatkan program konversi LPG, sehingga warganya masih menggunakan minyak tanah atau LPG nonsubsidi.

“Ini tugas kami juga untuk mengalokasikan sesegera mungkin agar mereka juga mendapatkan LPG PSO supaya harga bisa dikendalikan. Selain itu, kami juga membuka titik-titik distribusi untuk LPG di lebih dari 300.000 outlet,” ujarnya. 

(wdh)

No more pages