Logo Bloomberg Technoz

Para ekonom menyatakan bahwa tingkat upah rendah wanita di Jepang adalah salah satu alasan terbesar di balik pertumbuhan upah yang stagnan di negara itu dalam dua dekade terakhir.

Kanako Katsumata, seorang ibu dua anak yang tinggal di kota Fujisawa dekat Yokohama, adalah salah satu dari mereka yang menanggung sebagian besar pekerjaan domestik dan pengasuhan anak di rumah.

Nilai pekerjaan domestik di Jepang (Sumber: Bloomberg)

"Ini agak diterima sebagai fakta bahwa tugas rumah tangga utamanya adalah pada perempuan," kata Katsumata, yang saat ini mengambil cuti dari pekerjaannya sebagai guru taman kanak-kanak.

Katsumata mengatakan suaminya lebih kooperatif setelah anak kedua mereka lahir, tetapi di Jepang budaya yang mengharapkan pekerjaan rumah tangga diselesaikan oleh ibu masih kuat.

Jumlah waktu rata-rata yang dihabiskan oleh laki-laki Jepang untuk pekerjaan tidak dibayar per hari adalah 41 menit, menurut Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang merupakan yang terendah di antara 30 negara yang dipantau oleh kelompok tersebut.

Angka yang rendah ini membawa Jepang menjadi negara dengan kesenjangan gender keempat terbesar di OECD, dengan para perempuan di negara itu bekerja 3 jam lebih banyak secara gratis.

Swedia, Denmark, dan Norwegia memiliki kesenjangan terkecil, dengan selisih waktu di ketiga negara tersebut kurang dari satu jam.

Gap penghasilan apabila pekerjaan domestik dibayar (Sumber: Bloomberg)

Perempuan lebih banyak menanggung pekerjaan tidak dibayar dibandingkan pria di seluruh dunia. Di AS, perempuan melewatkan US$627 miliar per tahun hanya untuk mengasuh anak dan anggota keluarga lainnya.

Jika nilai pekerjaan tidak dibayar perempuan ditambahkan dengan upah rata-rata, kesenjangan upah antara kedua jenis kelamin akan sekitar menghilang, menurut Naoko Kuga, seorang peneliti senior di Institut Riset NLI. Untuk perempuan, jumlah tersebut sekitar 2 juta yen per orang.

Contoh lainnya adalah Reiko Yamamoto yang bekerja penuh waktu sebagai fisioterapis sambil merawat empat anaknya. Yamamoto, yang tinggal di Ebina, juga dekat Yokohama di prefektur Kanagawa itu, mengatakan dia memiliki kehidupan yang memuaskan, tetapi upahnya rendah.

Bahkan jika ia menambahkan nilai pekerjaan tidak dibayar ke upahnya, kompensasinya tidak akan mencapai tingkat upah suaminya.

Jumlah rumah tangga dengan penghasilan dari suami dan istri di Jepang telah meningkat selama bertahun-tahun menjadi 12,6 juta, sekitar dua kali lipat dari jumlah rumah tangga dengan satu penghasilan di mana laki-laki menjadi pencari nafkah. Namun, jumlah jam yang dihabiskan perempuan untuk pekerjaan domestik masih sekitar empat kali lipat dari laki-laki.

(bbn)

No more pages