Harry Suhartono, Faris Mokhtar, dan Jennifer A Dlouhy - Bloomberg News

Bloomberg, Ketika Indonesia setuju tahun lalu untuk membersihkan sistem energinya dengan bantuan sekitar US$20 miliar sekitar Rp304,94 triliun dari sekelompok negara kaya dan lembaga-lembaga keuangan besar, para pemimpin dunia memuji langkah itu sebagai "luar biasa," "realistis," dan "bersejarah besar."

Hampir 10 bulan kemudian, ketika para pemimpin Asia Tenggara berkumpul di Jakarta, tuan rumah pertemuan tersebut hanya memiliki sedikit yang bisa dipamerkan. Rencana investasi yang sangat dinantikan telah tertunda. Para pihak belum sepakat mengenai tata kelola, data dasar, atau pendanaan yang diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menghentikan ekspor batu bara terbesar di dunia

Salah satu yang paling ambisius adalah dari Just Energy Transition Partnerships (JETP), proyek keuangan internasional yang dirancang untuk mengurangi emisi penyebab pemanasan global, sedang terhenti.

Salah satu masalah yang sangat rumit adalah bahwa ketergantungan Indonesia pada batu bara lebih besar dan lebih kompleks daripada yang diakui oleh semua pihak pada awalnya. Sebuah dokumen draft berisi 362 halaman yang ditinjau oleh Bloomberg menyoroti pertumbuhan pesat sejumlah pembangkit listrik batu bara yang dikhususkan, yang menggerakkan ekspansi industri tetapi tidak terhubung ke jaringan listrik.