Secara teknikal, nilai rupiah berpotensi menguat menuju resisten terdekat di Rp15.201/US$. Jika tertembus, maka Rp 15.184/US$ akan menjadi resisten selanjutnya.
Target paling optimistis ada di Rp 15.144/US$.
Sementara support rupiah ada di Rp 15.280-15.300/US$. Apabila tertembus, maka ada risiko untuk melemah lagi menuju US$ 15.335/US$.
Dolar Lesu, Rupiah Siap Melaju
Kelesuan dolar AS membuka ruang bagi apresiasi rupiah. Pada pukul 08:07 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) melemah 0,2% ke 104,264.
Data ketenagakerjaan terbaru menjadi sentimen negatif bagi dolar AS. Akhir pekan lalu, US Bureau of Labor Statistics melaporkan perekonomian Negeri Adidaya menciptakan 187.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) pada Agustus. Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebanyak 157.000 dan di atas ekspektasi pasar dengan perkiraan 170.000.
Akan tetapi, data lain menunjukkan pasar tenaga kerja mulai mendingin. Angka pengangguran naik dari 3,5% pada Juli menjadi 3,8% pada Agustus.
Kemudian pertumbuhan upah pada Agustus tercatat 0,2% secara bulanan. Melambat dibandingkan pertumbuhan Juli yang 0,4%.
"Pasar tenaga kerja yang berlari sprint tahun lalu, sekarang sudah di kecepatan maraton," kata Nick Bunker, Kepala Riset di Indeed Hiring Lab, sebagaimana dikutip dari Bloomberg News.
Ditambah dengan laju inflasi yang melambat, maka pasar memperkirakan bank sentral The Federal Reserve/The Fed sudah sampai di puncak suku bunga alias terminal rate. Suku bunga acuan diperkirakan tidak naik lagi.
Mengutip CME FedWatch, kemungkinan suku bunga acuan bertahan di 5,25-5,5% dalam rapat bulan ini mencapai 93%.
Tanpa sentimen kenaikan suku bunga acuan, dolar AS tidak punya 'doping'. Mata uang negara-negara lain pun berpeluang menguat, termasuk rupiah.
(aji)