Logo Bloomberg Technoz

"Kekhawatiran yang paling mendesak saat ini adalah apakah Thailand dan Vietnam akan mengikuti India dan memberlakukan kontrol yang signifikan pada ekspor beras mereka. Jika itu terjadi, kita akan melihat harga beras dunia melonjak melebihi US$1.000."

Kekhawatiran atas pasokan adalah hal yang wajar. Beras sangat penting bagi pola makan miliaran orang dan berkontribusi hingga 60% dari total asupan kalori untuk penduduk di sebagian wilayah Asia Tenggara dan Afrika. Harga acuan saat ini berada pada US$646 per ton dan cuaca bisa membuat pasar semakin tidak stabil.

Kehadiran El Niño tahun ini mengancam mengeringkan banyak wilayah pertanian utama di Asia, dengan Thailand sudah memperingatkan kondisi kekeringan pada awal 2024. Tanaman di China, produsen dan pengimpor terbesar di dunia, sepertinya telah terhindar dari cuaca buruk sampai saat ini. Akan tetapi daerah pertanian utama di India membutuhkan lebih banyak hujan.

Langkah-langkah yang diambil oleh India pada akhirnya berkaitan dengan politik. Pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi akan menghadapi pemilihan umum awal tahun depan, dan tingginya harga pangan dapat mempengaruhi keputusan para pemilih saat melakukan pemungutan suara. Pembatasan-pembatasan ini telah memberikan beberapa dampak.

Harga beras di ibu kota New Delhi masih lebih tinggi daripada tahun sebelumnya per tanggal 31 Agustus. Akan tetapi sejak larangan ekspor pada bulan Juli, harga telah tetap stabil di 39 rupee per kilogram. Di seluruh negara, harga beras telah naik sedikit. Namun, pembatasan India berdampak hingga ke negara-negara lain.

Pekan lalu, Filipina terpaksa membatasi harga beras di seluruh negara akibat kenaikan biaya eceran yang "mengkhawatirkan", ditambah dengan laporan adanya penimbunan oleh para pedagang. Negara ini adalah importir terbesar kedua di dunia untuk biji-bijian tersebut.

Sementara itu, negara-negara lain yang khawatir telah memilih jalur diplomasi.

Guinea telah mengirim Menteri Perdagangan ke India, sementara Singapura, Mauritius, dan Bhutan telah meminta agar New Delhi mengecualikan mereka dari pembatasan dengan alasan keamanan pangan. ‌Ini merupakan satu ketentuan yang ditambahkan oleh India ketika melarang satu jenis beras. 

Pembatasan ini juga memberikan peluang bagi Thailand.

Negara pengirim terbesar kedua di dunia ini telah melakukan serangkaian pertemuan dalam beberapa pekan terakhir. Para pejabat perdagangan mereka telah melakukan kunjungan ke Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Jepang. Pesan mereka adalah, jika Anda ingin beras, kami punya stoknya.

Vietnam memberikan dukungan bagi pasar dengan mengatakan bulan lalu bahwa negara tersebut kemungkinan akan melebihi target ekspornya untuk tahun ini, sebuah pencapaian yang bisa dicapai tanpa mengancam keamanan pangan dalam negeri. Data menunjukkan volume ekspor ke Indonesia meningkat selama tujuh bulan pertama tahun ini, sementara pengiriman ke China juga meningkat. Namun, ambisi Myanmar baru-baru ini sempat goyah.

Federasi beras negara tersebut mengusulkan untuk menghentikan sementara pengiriman demi menstabilkan harga dalam negeri yang naik. Namun, usulan ini ditolak oleh pemerintah. Federasi tersebut baru-baru ini menyatakan bahwa mereka dapat meningkatkan volume ekspor.

Asosiasi Eksportir Beras Thailand diperkirakan akan memperbarui harga beras putih pecah sebesar 5% setelah pertemuan mingguan pada hari Rabu. Para investor pun akan memperhatikan harga acuan di Asia untuk melihat apakah situasinya tenang atau mendatangkan kekhawatiran.

--Dengan asistensi dari Pratik Parija dan Sanjit Das.

(bbn)

No more pages