Mereka menggarisbawahi masalah kekurangan cip otomotif yang telah menjadi hambatan pada industri global. Meski demikian, produsen mobil asal Jepang itu tetap berpegang pada perkiraan untuk menghasilkan produksi sebanyak 10,4 juta unit.
Masih ada ruang untuk pergerakan ke atas.
Tatsuo Yoshida, analis Bloomberg Intelligence
Tatsuo Yoshida analis Bloomberg Intelligence mengatakan bahwa penghasilan Toyota pada kuartal ketiga diharapkan tinggi tapi mungkin tidak sebanyak sekarang.
Menurutnya, laba operasi mungkin akan melebihi prospek fiskal tahun ini jika melihat ekspektasi rendah Toyota untuk dolar dan euro, serta upaya pemotongan biaya.
“Masih ada ruang untuk pergerakan ke atas,” kata Yoshida.
Saham Toyota membalikkan kerugian dan naik sebanyak 1,3% setelah hasil tersebut. Saham tersebut naik sekitar 6% tahun ini setelah turun 14% pada 2022.
Toyota melaporkan penjualan untuk 12 bulan yang berakhir Maret akan menjadi 36 triliun yen, sesuai dengan perkiraan sebelumnya. Dalam kuartal terakhir, pendapatan Toyota naik 25% menjadi 9,75 triliun yen.
Setelah 14 tahun memimpin, CEO Akio Toyoda akan melepas jabatannya bulan April untuk maju sebagai ketua dewan direksi Toyota. Posisi itu akan digantikan oleh Koji Sato yang merupakan presiden Lexus.
Sato memiliki “PR” tidak hanya dalam menjaga produksi tetap utuh di tengah isu kekurangan suku cadang dan semikonduktor, tetapi juga harus membawa Toyota ke era baru elektrifikasi dan kendaraan otonom.
Sato akan mengambil alih perusahaan saat produksi pulih dari lockdown Covid, gangguan rantai pasok, dan kekurangan komponen.
Toyota mengharapkan produksi melebihi tingkat pra-pandemi pada 2023, dengan perkiraan perakitan sebanyak 10,6 juta unit. Pada saat yang sama, perusahaan memperingatkan bahwa pengiriman akhir bisa 10% lebih rendah jika mereka tidak dapat memperoleh suku cadang yang cukup, terutama cip.
Baru-baru ini Toyota juga memperkuat statusnya sebagai pembuat mobil terbesar di dunia selama tiga tahun berturut-turut. Perusahaan telah menjual 10,5 juta unit pada 2022, melebihi keunggulannya atas Volkswagen AG.
Melemahnya nilai tukar yen membantu si produsen mobil Negeri Sakura itu dalam meningkatkan daya saing kendaraan yang dijual di luar negeri dan nilai pendapatan yang dibawa pulang.
Namun, mereka tidak mendapatkan keuntungan sebanyak dulu karena yen yang lebih lemah juga meningkatkan biaya impor bahan mentah dan energi.
(bbn/wdh)