Dengan potensi seperti ini aktivitas masyarakat akan terdampak, seperti terganggunya bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta tambak garam dan perikanan darat.
“Masyarakat yang berada di sekitar daerah pesisir di atas diimbau untuk selalu waspada dan siaga. Hal ini tentu untuk mengantisipasi dampak dari pasang maksimum air laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG,” ucap dia.
Supermoon juga meningkatkan air pasang di wilayah AS, tepatnya Partai Barat Florida akibat Badai Idalia. Akibatnya banjir pada wilayah tersebut makin parah. Badai masuk dalam kategori 3 di sekitar Pantai Keaton wilayah Big Bend dengan kecepatan angin sekitar 125 mph (200 kph).
“Bagi saya ini waktu yang sangat buruk untuk yang satu ini [supermoon],” kata Brian Haines, Ahli Meteorologi badan pemantau cuaca (the National Weather Service) di Charleston, Carolina Selatan, dilansir AP.
Supermoon memang menarik gravitasi lebih intensif, karena posisi bulan lebih dekat dibandingkan purnama biasa, yang mendorong aktivitas air pasang menjadi lebih tinggi.
Berdasarkan data NASA, pada 1883 sebuah gunung berapi di Indonesia bernama Krakatau meletus dan menyebarkan abu setinggi 50 mill (80 kilometer) ke atmosfer. Partikel abu kecil berukuran sekitar satu micron menyebarkan cahaya merah dan mengubah warna bulan menjadi biru- hijau. Di saat itulah istilah Blue Moon dikaitkan dengan fenomena purnama yang akan terjadi kembali pada 2037.
Sedangkan pada tahun 1983, fenomena bencana lainnya yang bertepatan pada saat blue moon adalah letusan gunung berapi El Chichon di Meksiko pada 1983, letusan Gunung St.Helens 1980 dan Gunung Pinatubo tahun 1991.
Fenomena alam ini juga diduga telah membuat kebakaran hebat di danau raksasa di Alberta, Kanada pada September 1953. Saat itu awan asap kebakaran tersebut mengandung micron yang seukuran tetesan minyak. Kondisi itu mengakibatkan penampilan matahari menjadi ungu dan bulan menjadi biru di Amerika Utara sampai Inggris.
(yun/wep)