Setelah itu, kata Wildan, KNKT dan Kemenhub akan mengunjungi dealer Honda yang memiliki kasus dugaan rangka patah dan korosi, seperti di Tasikmalaya dan Lampung. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kepatahan tersebut.
Langkah tersebut, kata Wildan, guna mendapatkan gambaran secara keseluruhan untuk bisa menghubungkan dan menganalisis kasus rangka eSAF yang patah di dealer dengan proses pembuatannya di pabrik.
Wildan tidak menutup kemungkinan bahwa tahapan mengunjungi pabrik dan dealer akan dilakukan secara paralel atau beriringan. Artinya, tim penelitian tersebut tidak harus menyelesaikan dan menganalisis proses di pabrik secara keseluruhan baru bisa mengunjungi dealer.
“Iya bisa paralel juga, karena tidak menutup kemungkinan masalah di manufaktur ini kan bisa cukup lama jadi secara paralel kita bisa lakukan dua hal tadi. Mungkin minggu depan kita sudah mulai turun di Tasikmalaya dan sebagainya, bisa jadi minggu depan di manufaktur kita belum selesai saya gak tahu, kita lihat perkembangan,” terangnya.
Wildan memastikan tim penelitian melaksanakan tugas sesuai dengan target (on the track). Saat ini, fokus dari tim penelitian adalah untuk mencari informasi awal apakah proses di pabrik sesuai dengan data mengenai standar yang diberikan AHM.
“Saya baru akan membandingkan antara desain yang dikirimkan AHM dan dilaksanakan bener atau engga. Nanti dari situ kita akan kembangkan lebih lanjut, (apakah) desainnya ini by design benar atau engga? Tapi itu (dilakukan) kalau ternyata pelaksanaannya sudah benar ya,” tutupnya.
(dov/ain)