Indeks obligasi IDMA kemarin masih melanjutkan reli penguatan tujuh hari berturut-turut dengan yield SUN 10 tahun naik ke kisaran 6,37% dan tingkat imbal hasil SUN 2 tahun melanjutkan penurunan ke 6,24%.
Sementara pemantauan pagi ini di pasar derivatif, kontrak nondeliverable forward sepekan ke depan, nilai rupiah diperdagangkan lebih lemah dua hari terakhir di kisaran Rp15.235/US$, sedangkan kontrak sebulan ke depan mencatat tren serupa pagi ini dengan pergerakan di Rp15.243/US$.
Selain data inflasi, rupiah juga akan menanti rilis data manufaktur domestik dari S&P Global INdonesia PMI. Indeks Kepercayaan Industri pada Agustus masih bertahan di zona ekspansi di 53,22, meski melanjutkan perlambatan yang sudah terjadi sejak Juli lalu.
Analisis teknikal
Pergerakan rupiah hari ini berpotensi melemah dari kacamata teknikal. Ada potensi koreksi terbatas di antara area Rp15.250-Rp15.275/US$.
Sementara indikator MA-200 menjadi target penguatan terdekat rupiah untuk dapat menguat pada level Rp15.203/US$. Terlihat ada trendline garis putih pada time frame daily menjadi resistance selanjutnya sebagai level optimis Rp15.174/US$..
Selama nilai rupiah masih bertengger di atas Rp15.240/US$, maka masih ada potensi pelemahan. Namun, apabila terjadi penguatan nilai rupiah hingga di bawah Rp15.200/US$, dalam tren jangka menengah nilai rupiah berpeluang menguat menuju Rp15.140/US$.
-- dengan analisis teknikal M. Julian Fadli.
(rui)