Logo Bloomberg Technoz

Kemarin platform X juga mengumumkan memperbarui kebijakan privasinya dengan memasukkan jenis data pengguna baru yang rencananya akan dikumpulkan melalui sistem biometrik.

X tidak mendefinisikan apa yang dimaksud dengan biometrik, meskipun perusahaan lain telah menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan data yang dikumpulkan dari wajah, mata, dan sidik jari seseorang.

Secara ringkas, proyek biometric mirip dengan World ID, sebuah bagian dari dari model kompensasi baru karya Sam Altman, co-foucer OpenAI, perusahaan yang memberi layanan chatbot ChatGPT terpopuler. World ID menjadi bagian yang terintegrasi dengan aset digitalnya, Worldcoin.

Elon Musk (Sumber: Bloomberg)

Worldcoin bermimpi dapat menciptakan jaringan global dengan identitas digital dengan robot AI. Proyek ini mencoba untuk mengidentifikasi manusia secara digital hingga dapat dibedakan dengan bot.

Lewat scan mata atau biometric, manusia dapat membuat kredensial digital dan diberi imbalan token Worldcoin —meskipun mata uang kripto ini tidak tersedia di pasar Amerika Serikat (AS). Lebih dari 2 juta orang telah mendaftar untuk mendapatkan World ID.

Masih dalam pekan yang sama platform X juga dikabarkan meraih lisensi pembayaran kripto. Dengan bekal tersebut, X bisa menjadi saluran transaksi. Lisensi Currency Transmitter diperoleh Twitter Payments LLC dari negara bagian Rhode Island.

Aktivitas pembayaran, termasuk pada koin paling bernilai Bitcoin, mencakup aspek proses, dompet, hingga bursa. Hal yang semakin menegaskan pernyataan Elon bahwa X akan menjadi aplikasi super. Secara terbuka Musk selalu gembar-gembor bahwa X akan bertransformasi dari layanan sekadar microblogging menjadi aplikasi palugada atau apa lo mau gue ada.

Musk memakai WeChat milik Tencent Holdings sebagai referensi untuk X, yang akan menjelma sebagai “everything app”. Musk menyebut X sebagai “effective global address book” di masa depan.

Chief Executive Officer X, Linda Yaccarino, sempat menyatakan jika platform ini akan menyertakan fitur-fitur seperti pembayaran dan perbankan, dilaporkan Bloomberg News.

Ambisi Musk menjadi pertaruhan besar karena brand seterkenal Twitter dengan sengaja ‘dimatikan’. Bahkan analis dan agensi brand menyatakan langkah ini justru menghancurkan merek yang telah berusia 15 tahun lebih.

“Butuh 15 tahun lebih untuk mendapatkan nilai sebanyak itu di seluruh dunia, jadi kehilangan Twitter sebagai nama merek merupakan pukulan finansial yang signifikan,” kata Steve Susi, direktur komunikasi brand di Siegel & Gale. Perkiraan nilai Twitter mencapai Rp300 triliun.

(wep/roy)

No more pages