Sebelumnya hal senada juga sempat disinggung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam rapat dengan Komisi IX DPR. Budi juga memuji China yang dengan cepat bisa memastikan penyebab utama polusi udara di negeri itu.
"Jenis surveillance seperti apa alatnya apa dan bagaimana bisa mengidentifikasi sumber polutan juga apakah mobil, PLTU, atau apa? Kalau di China itu sebentar saja sumbernya ketahuan. Itu juga sudah kita berikan (masukan). Sudah diputuskan surveillance di KLHK di mana Kemenkes berperan, di ujung di hilir," kata Budi pada Rabu (30/8/2023).
Diketahui China dalam kurun waktu beberapa tahun yakni 2013 hingga 2020 sukses menurunkan polutan berbahaya yang menyebabkan buruknya kualitas udara khususnya di Beijing. Hal tersebut dicatat sebagai penurunan polusi udara yang termasuk singkat. Dalam hal penurunan partikel berbahaya, Amerika Serika disebut perlu waktu beberapa dekade menurunkan polusi sejenis.
China pada saat itu mencatat rata-rata 52,4 mikrogram (µg) per meter kubik (m3) partikel polutan PM2,5 artinya angka itu sepuluh kali lebih banyak dari batas yang direkomendasikan oleh WHO. Yang dimaksud dengan partikel halus PM2,5, yang berasal dari pembakaran bahan bahan bakar fosil.
(prc/ezr)