Logo Bloomberg Technoz

Kebijakan Pasca-Pemilu

Indikator-indikator utama, termasuk penjualan ritel, telah menunjukkan konsumsi tetap kuat pada kuartal kedua. Hal ini berkat belanja besar-besaran Presiden Recep Tayyip Erdogan sebelum pemilu.

Erdogan, yang terpilih kembali untuk memimpin pemerintahan hingga dekade ketiga, telah memberi sinyal untuk menggeser kebiajakn-kebijakan yang tidak lazim. Di antaranya termasuk biaya pinjaman yang sangat rendah, yang telah dia dukung dalam beberapa tahun terakhir namun menyebabkan investor asing meninggalkan perekonomian senilai US$900 miliar tersebut.

Tim ekonomi baru presiden, yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Mehmet Simsek dan gubernur bank sentral Hafize Gaye Erkan, sedang berusaha memperlambat inflasi hingga hampir mencapai 50%, yang telah menyebabkan krisis biaya hidup yang serius bagi warga Turki.

Menyusul laporan pada Kamis, Simsek mengatakan dia ingin mengarahkan pertumbuhan pada jalur yang "seimbang dan berkelanjutan", dengan mengurangi defisit perdagangan luar negeri Turki.

Meskipun demikian, Erdogan mungkin akan mendorong mereka untuk mencapai keseimbangan dan mendorong pertumbuhan menjelang pemilu lokal pada bulan Maret. Presiden ingin merebut kembali kursi walikota di Istanbul setelah mengalami kekalahan telak di sana empat tahun yang lalu.

Ekonom dari Bloomberg Economics, Selva Bahar Baziki, mengatakan laporan PDB Turki pada kuartal kedua menunjukkan tanda-tanda apa yang akan terjadi. Yaitu pertumbuhan yang lebih lambat yang didukung oleh konsumsi domestik, meskipun kenaikan harga tinggi menekan daya beli konsumen. Hal ini juga menunjukkan kemungkinan risiko stimulus fiskal yang lebih tinggi sebelum pemilu lokal pada Maret, melawan dampak yang berasal dari kebijakan moneter yang lebih ketat.

Prospek Pertumbuhan

Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan Turki akan memasuki resesi pada paruh kedua tahun 2023.

"Kebijakan, baik moneter maupun fiskal, telah berubah signifikan menjadi lebih ketat," kata analis Goldman termasuk Clemens Grafe dalam catatan pekan lalu.

Pergeseran tersebut mendapatkan dorongan lebih lanjut pekan lalu ketika bank sentral menaikkan suku bunga sebesar 750 basis poin, jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Hal ini menyebabkan obligasi Turki dan lira menguat setelahnya.

"Permintaan domestik yang kuat adalah salah satu pendorong utama dalam tren inflasi," demikian pernyataan bank tersebut setelah kenaikan suku bunga.

"Kami memperkirakan pengetatan moneter akan membatasi pertumbuhan permintaan domestik," kata Deniz Cicek, seorang ekonom dari QNB Finansbank, sebelum rilis data. "Tergantung pada prospek global, kami juga melihat pertumbuhan ekspor masih terbatas."

(bbn)

No more pages