Rudal-rudalnya sedang diuji untuk melancarkan serangan nuklirnya sendiri dengan ledakan udara pada ketinggian 400 meter di atas pulau yang menjadi sasaran.
Korean Central News Agency, kantor berita resmi Korut, mengutip Staf Umum Tentara Rakyat Korea dalam sebuah pernyataan yang mengatakan latihan ini adalah bagian dari simulasi "serangan bumi hangus pada pusat komando utama dan lapangan udara operasional dari para gangster militer" di Korea Selatan.
Korea Utara juga mengeluarkan ancaman kepada AS dan Korea Selatan, dengan mengatakan bahwa Pyongyang siap menghukum mereka atas "tindakan ceroboh" dan penempatan aset nuklir AS di wilayah tersebut.
Pyongyang telah mengecam latihan militer gabungan AS dan Korea Selatan yang dimulai pada 21 Agustus dan berlangsung hingga akhir bulan. Korut menyebutnya sebagai awal dari invasi yang dapat mendorong Korea Utara untuk bertindak.
Peluncuran rudal terbaru ini bersamaan dengan latihan militer dan pertemuan antara pemimpin AS, Jepang, dan Korea Selatan pada pertengahan Agustus. Dalam pertemuan itu, mereka membahas cara meningkatkan kerja sama keamanan dan pelatihan militer mereka untuk merespons ancaman nuklir dan misil dari rezim Kim Jong Un.
Pada Kamis, AS, Jepang, dan Korea Selatan mengadakan latihan militer bersama di laut untuk berlatih melacak rudal dari negara-negara seperti Korea Utara. Ini adalah pertama kalinya latihan semacam itu dilakukan sejak para pemimpin tiga negara, yang Pyongyang anggap sebagai musuh bebuyutan, berjanji untuk meningkatkan kerja sama mereka di sektor keamanan.
Korea Utara pekan lalu gagal untuk kedua kalinya dalam waktu sekitar tiga bulan mengorbitkan satelit mata-mata ketika roketnya mengalami masalah tak lama setelah diluncurkan. Kegagalan ini menjadi pukulan bagi harapan Kim untuk mengirimkan satelit mata-mata untuk mengawasi pasukan AS.
Pyongyang telah meluncurkan 26 rudal balistik dan dua roket angkasa sejauh ini sepanjang tahun. Termasuk di antaranya adalah empat rudal balistik antarbenua yang bisa mengenai daratan AS. Rezim Kim meluncurkan lebih dari 70 rudal balistik tahun lalu, yang menjadi sebuah rekor bagi negara tersebut.
Kim telah mengabaikan seruan AS untuk kembali melakukan perundingan pelucutan senjata nuklir yang telah lama terhenti. Akan tetapi, dia sibuk memodernisasi gudang senjatanya, termasuk rudal-rudal, dan melakukan uji coba sistem untuk menyerang Korea Selatan dan Jepang, yang menjadi tuan rumah bagi sebagian besar personel militer AS di wilayah tersebut.
Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek ke peraiaran lepas pantai timurnya pada 19 Juli setelah USS Kentucky berlabuh di Busan. Ini merupakan kunjungan pertama kapal selam yang mampu menembakkan rudal balistik tersebut ke pelabuhan di Korsel dalam empat dekade. Pyongyang kala itu kembali meluncurkan dua rudal balistik beberapa hari kemudian, setelah kapal selam AS bertenaga nuklir lainnya tiba di pelabuhan Korsel untuk mengisi persediaan.
Peluncuran-peluncuran rudal itu dilakukan setelah Korut pada Juli menguji Hwasong-18, peluru kendali balistik antarabenua (Intercontinental ballistic missile/ICBM) berbahan bakar padat. Rudal itu dapat terbang lebih lama dibandingkan ICBM lain dan tampaknya dirancang untuk membawa muatan senjata nuklir ganda. Hal ini meningkatkan kemungkinan setidaknya satu bom dapat lolos dari interseptor dan mencapai target.
Rudal berbahan bakar padat dapat dikerahkan dengan cepat dan ditembakkan dengan sedikit peringatan. Rudal berbahan bakar cair pada umumnya membutuhkan waktu lebih lama untuk dipersiapkan karena bahan bakar ditambahkan ke tangki mereka. Hal ini membuat rudal tersebut rentan terhadap serangan sebelum lepas landas.
Pada bulan Juni, AS mengirimkan kapal selam berpeluru kendali bertenaga nuklir ke Korsel untuk pertama kalinya dalam enam tahun. Hal ini dilakukan sebagai tindakan unjuk kekuatan yang dimaksudkan mencegah Korut melakukan serangan militer. Kunjungan itu dilakukan setelah Yoon mendapatkan jaminan selama pertemuan dengan Biden pada April, untuk memperkuat langkah-langkah pencegahan yang diperluas, termasuk lebih banyak penempatan kapal selam bersenjata nuklir.
Pameran aset atom milik AS dimaksudkan sebagai pengingat akan pesan yang disampaikan Biden kepada Kim ketika presiden AS itu bertemu dengan presiden Korsel, dan memperingatkan bahwa serangan nuklir oleh Korut sama saja dengan bunuh diri.
Korea Utara telah menunjukkan bahwa rudal-rudalnya dapat terbang hingga AS. Akan tetapi, masih ada pertanyaan apakah hulu ledaknya dapat tetap utuh untuk mencapai target yang begitu jauh.
--Dengan asistensi dari Eunkyung Seo.
(bbn)