Logo Bloomberg Technoz

Kinerja Keuangan Turun

Kajian pengalihan PLTU Pelabuhan Ratu dilakukan di tengah menurunnya kinerja keuangan PTBA. Laba perusahaan terimbas penurunan harga batu bara.

PTBA sejatinya telah menggenjot volume produksi 18,24% secara tahunan menjadi 18,8 juta ton. Volume penjualan juga digeber hingga naik 19% jadi 17,4 juta ton pada semester I-2023. 

Tetap saja, penurunan harga batu bara ICI-3 48% secara tahunan menjadi US$72,63/ton membuat PTBA hanya mampu mencatat kenaikan pendapatan 2% menjadi Rp18,9 triliun di semester satu tahun ini.

Menggenjot produksi berarti menambah pos beban perusahaan. Alhasil, sepanjang paruh pertama tahun ini, laba bersih PTBA anjlok 54,92% secara tahunan menjadi Rp2,77 triliun. 

Penurunan kinerja keuangan turut mempengaruhi arus kas atau cashflow. Ini tercermin melalui arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi semester I-2023 sebesar Rp1,86 triliun. Angka ini merosot 69,92% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp6,17 triliun.

Kas dan setara kas akhir periode PTBA memang melesat 279,83% secara tahunan menjadi Rp15,82 triliun. Tapi, kenaikan ini lebih disebabkan oleh berkurangnya penempatan deposito berjangka menjadi hanya Rp1,05 triliun dari sebelumnya Rp6,89 triliun.

Sempat Jadi Isu

Pengalihan PLTU Pelabuhan Ratu sempat menjadi sentimen negatif hingga meruntuhkan harga saham PTBA saat isu ini menyeruak medio Oktober 2022. Ini akibat kondisi arus kas menjadi perhatian utama atau concern pelaku pasar.

Investor mengkhawatirkan jika pengalihan yang secara tidak langsung memaksa PTBA mengakuisisi PLTU Pelabuhan Ratu, justru akan mempengaruhi kas perusahaan. Semakin tipis kas, makin terbuka lebar peluang mengecilnya dividen yang dibagikan.

Padahal, PTBA selama ini terkenal sebagai salah satu emiten yang paling royal menebar dividen. Bukan hanya dari sisi besaran, tapi juga dari yield.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan bahkan pada suatu kesempatan pernah menghitung, PTBA perlu mengeluarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 7 triliun untuk mengambil alih PLTU Pelabuhan Ratu. 

Nilai tersebut mendekati estimasi neraca kas PTBA yang menurut hasan sekitar Rp10 triliun tahun ini. Artinya, kas PTBA bakal berkurang hingga ke level yang rendah, yang mana ini mengindikasikan PTBA bakal menebar dividen jauh lebih rendah.

Tak lama berselang, manajemen PTBA angkat bicara terkait potensi keringnya likuiditas jika PTBA jadi mengakuisisi PLTU Pelabuhan Ratu. Perusahaan kala itu menjelaskan, pengambilalihan PLTU pelabuhan ratu akan menggunakan skema ETM yang disusun oleh Kementerian Keuangan. Skema ini merupakan pembiayaan campuran (blended finance) yang melibatkan para investor.

Dengan skema pembiayaan ini, diharapkan bakal diperoleh pendanaan dengan bunga yang lebih murah. Sehingga, cadangan kas atau cash reserve PTBA akan tetap terjaga dengan baik. Cuma memang, soal dividen itu merupakan kewenangan pemegang saham. Besar atau kecilnya dividen bakal diputuskan melalui rapat umum pemegang saham.

(dhf)

No more pages