Logo Bloomberg Technoz

Special Research

Obligasi Korporasi Rp43 T Jatuh Tempo Kala Imbal Hasil Turun

Ruisa Khoiriyah
31 August 2023 16:40

Ilustrasi Rupiah. (Brent Lewin/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah. (Brent Lewin/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kerentanan nilai tukar rupiah menghadapi gejolak ketidakpastian global diperkirakan akan menahan langkah Bank Indonesia memulai siklus pengguntingan bunga acuan kendati tren inflasi terlihat melanjutkan tren penurunan sampai akhir tahun.

Level bunga acuan BI7DRR sejauh ini masih dipertahankan di level tertinggi setidaknya sejak November 2018 silam. Akan tetapi, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang menjadi salah satu benchmark kupon obligasi korporasi berdenominasi rupiah sejauh ini telah bergerak jauh lebih rendah dibanding lima tahun silam. Itu mungkin memberikan sedikit angin segar bagi korporasi yang berniat refinancing utang jatuh tempo dalam waktu dekat.

Sebagai gambaran, ketika BI7DRR mencapai puncak tertinggi lima tahun di kisaran 5,75%-6% pada periode 2018 silam, tingkat imbal hasil SUN tahun berada di kisaran 7%-9%.

Sementara, saat ini ketika BI7DRR berada di level 5,75% selama delapan bulan terakhir, yield SUN rata-rata di kisaran 6,55% bahkan sempat menyentuh level terendah di 6,17% pada Mei lalu dan tertinggi di 7,05%.

Refinancing obligasi rupiah relatif lebih 'murah' ketimbang pembiayaan kembali untuk global bond yang mengalami kenaikan acuan imbal hasil luar biasa sejurus dengan tingkat bunga Amerika yang melambung tertinggi dalam empat dekade terakhir.

Outstanding Rp43 Triliun