"Pada 28 Agustus, Kementerian Sumber Daya Alam China merilis peta standar edisi 2023. Ini adalah praktik rutin dalam pelaksanaan kedaulatan China sesuai dengan hukum," kata Wang.
Namun begitu, peta baru ini diprotes oleh India yang masih terlibat sengketa wilayah dengan China. Peta itu mengklaim Arunachal Pradesh dan Aksai Chin di India, Taiwan, dan Laut China Selatan yang mencakup wilayah maritim dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Malaysia dekat Sabah dan Sarawak.
Peta China juga untuk pertama kali menunjukkan sebagian wilayah Rusia sebagai bagian dari China. Wilayah yang dimaksud adalah Pulau Bolshoy Ussuriysky yang berada di Sungai Amur, demikian dilaporkan oleh media Eropa, Nexta.
Menanggapi peta baru China itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Arindam Bagchi mengatakan sudah mengajukan protes melalui saluran diplomatik.
Sekadar informasi, perselisihan perbatasan India dengan China telah dimulai sejak 60 tahun lalu. India menyebut panjang perbatasan 3.488 kilometer sementara China menyatakan jaraknya kurang lebih 2.000 kilometer.
Wilayah perbatasan yang diperdebatkan adalah sektor barat di sekitar Ladakh, sektor tengah terdiri dari perbatasan antara negara bagian Himachal Pradesh dan Uttarakhand di India dan sektor timur terdiri dari perbatasan di Arucachal Pradesh, seperti dihimpun dari BBC.
Pada Mei 2020 terjadi bentrok mematikan antara tentara China dan India di perbatasan. Beberapa putaran pembicaraan tidak banyak membantu meredakan ketegangan, dengan ribuan tentara, rudal, dan jet tempur masih ditempatkan di sepanjang perbatasan Himalaya.
Atas aksi tentara China ini, pemerintahan Narendra Modi mencegah perusahaan-perusahaan dalam negeri untuk berdagang dan berinvestasi di China. India juga memblokir beberapa aplikasi yang didanai oleh investor China atau aplikasi China yang beroperasi di India. Pemerintah juga mengurangi pemberian visa kepada warga negara China.
(ggq/roy)