Sementara inflasi inti diprediksi juga akan melanjutkan penurunan pada Agustus di angka 2,33% setelah mencapai 2,43% di bulan sebelumnya. Sementara secara bulanan, inflasi inti Agustus diperkirakan mencatat penguatan dari 0,13% menjadi 0,23% month-to-month.
Para ekonom menilai, meski ada kenaikan inflasi dari Juli ke Agustus, itu lebih karena high base effect dari tahun sebelumnya karena pada Agustus 2022 terjadi deflasi bulanan sebagian besar karena penurunan harga pangan menyusul peningkatan suplai pangan pasca panen.
Tren penurunan inflasi diprediksi akan terus berlanjut sampai akhir tahun dan akan berada di titik tengah target Bank Indonesia, menurut perkirakan ekonom Bloomberg Economics Tamara M. Henderson.
"Melihat sisa tahun hingga 2024, kami melihat inflasi bisa di bawah titik tengah target BI terkecuali ada kejutan harga bahan bakar minyak dan pangan," kata Henderson dalam risetnya, dikutip Kamis (31/8/2023).
Ekonom senior Bank Mandiri Faisal Rachman juga melontarkan prediksi tidak jauh berbeda di mana inflasi IHK 2023 diperkirakan akan bertengger di 3%, terutama bila didukung pengelolaan harga pangan dan rantai pasokan secara efektif.
Angin segar rupiah
Mata uang Indonesia rupiah tercatat menguat dalam empat hari terakhir di tengah tren arus keluar modal asing dari pasar domestik.
Posisi kepemilikan asing di Surat Berharga Negara per 29 Agustus berada di Rp845,28 triliun, setelah mengalami tekanan aksi jual besar oleh pemodal nonresiden pada 23 Agustus dan 28 Agustus lalu masing-masing sebesar Rp4,93 triliun dan Rp3,5 triliun sehari.
Akan tetapi, rupiah berhasil bertahan sejauh ini. Nilai rupiah terhadap dolar AS di pasar spot melanjutkan penguatan di posisi Rp15.234/US$ di tengah optimisme pelaku pasar global yang memperkirakan ada peluang kebijakan Federal Reserve akan melonggar, pasca rilis data Amerika terkini memperlihatkan perlambatan pertumbuhan dan pasar tenaga kerja AS mulai dingin.
Kinerja rupiah di antara valuta emerging market lain juga cukup mencolok bahkan tercatat sebagai satu-satunya valuta di pasar negara berkembang yang masih mencatat return positif terhadap dolar Amerika.
Secara point-to-point, nilai tukar rupiah terhadap the greenback masih mencetak penguatan 2,17% year-to-date sampai pukul 10:52 WIB, Kamis (31/8/2023), meskipun telah kehilangan sedikitnya 3,85% dari level terkuat tahun ini yang dicapai pada 28 April lalu di posisi Rp14.670/US$. Sepanjang tahun ini, nilai tukar rupiah bergerak rata-rata di Rp15.085/US$.
Analis memperkirakan, nilai rupiah berpeluang membalik keadaan di akhir tahun dengan kembali melenggang menguat meninggalkan zona Rp15.000-an.
"Rupiah akan mendapat keuntungan dari pelemahan dolar AS ketika siklus penurunan bunga the Fed dimulai," kata Stephen Chiu, Chief Asia FX and Rates Strategist dan Chunyu Zhang, Senior Associate Analyst dari Bloomberg Intelligence dalam riset terbaru yang dirilis Senin lalu.
Sokongan baru dari penerapan kebijakan penempatan 30% devisa hasil ekspor diperkirakan akan memperkuat nilai cadangan devisa sebesar US$9 miliar per bulan mulai Desember nanti.
Upaya BI menarik arus modal asing lebih besar melalui peluncuran instrumen baru Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pertengahan bulan depan juga bisa menjadi katalis positif bagi rupiah di sisa tahun.
(rui/roy)