Meskipun kontraksi telah menyempit sejak awal tahun ini, yang menunjukkan bahwa kemerosotan kemungkinan telah mencapai titik terendah, kelemahan berkelanjutan di sektor manufaktur menambah faktor-faktor yang menghalangi bank sentral untuk lebih memperketat kebijakan moneter, terutama saat risiko kredit juga mengancam di sektor properti.
Penurunan output pabrik sejak Oktober berkolerasi dengan penurunan ekspor dan menggarisbawahi tantangan yang dihadapi oleh para produsen Korsel. Negara ini sangat bergantung pada ekspor teknologi seperti cip memori untuk menopang pertumbuhan ekonominya.
"Output industri keseluruhan melemah dengan kontraksi, baik dalam konsumsi maupun investasi fasilitas. Ini menunjukkan risiko penurunan yang lebih besar bagi ekonomi. Pemulihan ekonomi yang goyah akan menambah tantangan bagi Bank of Korea dalam menjalankan kebijakan moneternya," kata Hyosung Kwon, ekonom Bloomberg.
Meski pertumbuhan inventaris semikonduktor melemah selama dua bulan berturut-turut pada Juli, ada indikasi bahwa permintaan mungkin mulai meningkat. Namun, inventaris otomotif tumbuh lebih cepat dari bulan sebelumnya, menurut data tersebut.
"Outlook memang membaik untuk cip, tetapi sektor lain mungkin tetap kesulitan," kata Jang Woo-ae, analis di IBK Economic Research Institute. "China adalah ketidakpastian lainnya tanpa prospek pemulihan ekonomi dalam waktu dekat."
Indeks manajer pembelian untuk manufaktur Korea juga telah menunjukkan aktivitas sektor pabrik menyusut sejak Juli tahun lalu tetapi telah menguat dari level sebelumnya. Data PMI dan perdagangan Korsel bulan Agustus akan dirilis pada Jumat.
(bbn)