Sejatinya para investor masih memiliki banyak dana untuk investasi, namun, Rino mengatakan, mereka bersikap hati-hati dan selektif. Investor lebih memilih merevitalisasi kerangka risiko dan manajemen portofolio mereka.
Di sisi lain, kata Rino, perusahaan startup juga bisa memanfaatkan momen krisis ini untuk memperbaiki berbagai aspek di perusahaan. “Pada saat growth, mereka tidak berpikir untuk melakukan reformasi dan revitalisasi karena opportunity cost-nya sangat besar dulu,” katanya.
Lebih lanjut, Rino mengungkapkan, efisiensi biaya menjadi hal yang wajib dilakukan oleh perusahaan startup selama krisis. Salah satunya melalui pengurangan karyawan.
Ia menyebutkan bahwa seringkali struktur perusahaan startup terlalu gemuk sehingga tidak efisien. “Bahkan mereka dengan pengurangan karyawan saja mereka tetap tidak kuat, bahkan ada yang harus tutup,” tambah Rino.
Selain pengurangan karyawan, Rino mengatakan, strategi marketing ‘bakar uang’ juga tidak lagi relevan. Utamanya dengan para investor yang melihat profitabilitas, serta pertumbuhan bottom line dan finansial saat berinvestasi.
“Cost efficiency adalah aspek wajib untuk semua startup untuk bisa bertahan, memperpanjang runway, dan mencapai runway yang mereka rencanakan,” kata Rino.
(tar)