Kemudian pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2023 tercatat 2,1% secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) dalam pembacaan kedua. Lebih rendah dibandingkan pembacaan pertama yang 2,4%.
Kemudian inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) inti, yang menjadi pegangan The Fed, tercatat 3,7% qtq pada kuartal II-2033. Lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 4,9%.
Terminal Rate Sudah Tercapai
Artinya siklus kenaikan suku bunga acuan yang agresif sejak tahun lalu sudah membuahkan hasil. Laju ekonomi AS sudah melambat, tidak lagi kencang.
Dengan demikian, sepertinya tekanan inflasi akan mereda sehingga Federal Funds Rate tidak perlu naik lagi. Setidaknya itu yang sekarang diharapkan pasar.
Mengutip CME FedWatch, peluang suku bunga acuan AS bertahan di 5,25-5,5% dalam rapat bulan depan mencapai 88,5%. Kemungkinan Federal Funds Rate bertahan di sana sampai akhir tahun ini adalah 52,8%.
Jadi, sepertinya suku bunga acuan sudah sampai puncaknya. Terminal rate sudah tercapai.
Tanpa sentimen kenaikan suku bunga, emas kembali menarik. Sebab, emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Berinvestasi di emas kurang menguntungkan dalam iklim suku bunga tinggi.
Analisis Teknikal
Secara teknikal, emas sedang masuk fase bullish. Ini ditunjukkan dengan nilai Relative Strength Index (RSI) sebesar 60,54.
RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang bullish. Angkanya pun masih cukup jauh dari 70, yang berarti belum jenuh beli (overbought). Jadi sepertinya masih akan ada aksi borong yang bakal membuat harga emas naik lagi.
Dari perspektif Moving Average (MA), harga emas sudah menembus resisten MA-50 yaitu US$ 1.931/ons. Oleh karena itu, target kenaikan atau resisten selanjutnya ada di US$ 1.954,95/ons.
Akan tetapi, investor tetap perlu waspada. Sebab, kenaikan harga yang sudah tinggi akan membuat harga emas rentan terkoreksi.
Target koreksi atau support terdekat adalah US$ 1.928,19/ons. Jika tertembus, maka ada kemungkinan turun lagi menuju US$ 1.924,88/ons.
(aji)