“Harga gas rendah itu menumbuhkan industri. Prinsipnya itu, sehingga tumbuh ekonominya. Ini membikin pabrik, jargas [jaringan gas] murah, butuh bahan lain, itu prinsipnya harga gas harus murah agar [industri] kita bisa berdiri di kaki sendiri,” tegas Tutuka.
PGN sebelumnya meminta tambahan pasok dari Blok Tangguh, Teluk Bintuni yang dikelola BP guna mengantisipasi terjadinya kekurangan di Sumatra. Saat ini, PGN mendapatkan alokasi gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) sekitar 500 juta ton lebih. Namun, seiring dengan permintaan yang meningkat, pasokan tersebut dinilai perlu ditambah.
Tidak hanya itu, PGN sebelumnya berencana menaikkan harga gas untuk industri non-HGBT per Oktober 2023. Namun, rencana tersebut tidak direstui oleh Kementerian ESDM.
Corporate Secretary PGN Rachmat Hutama mengatakan salah satu pertimbangan perusahaan di balik penyesuaian harga gas industri non-HGBT adalah faktor sumber pasokan; yang mencakup gas pipa, gas alam cair atau LNG, dan gas alam terkompresi atau compressed natural gas (CNG).
“Faktor kedua adalah harga pasokan hulu, dan ketiga adalah kontribusi volume masing-masing pasokan gas,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz, Rabu (16/8/2023).
Rachmat menegaskan harga gas yang diberlakukan PGN kepada pelanggan non-HGBT juga dipengaruhi oleh dinamika dan perubahan di seluruh rantai bisnis gas bumi, termasuk harga yang diberlakukan pemasok gas di hulu alias Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) kepada PGN.
“Sebagai informasi, saat ini terdapat penyesuaian harga untuk perpanjangan pasokan gas dari pemasok gas kepada PGN, sehingga hal ini berdampak langsung ke pelanggan di sisi hilir,” terang Rachmat.
Selain itu, juga terdapat penyesuaian volume pasokan gas pipa dari pemasok gas. Dalam upaya menjaga keberlanjutan pasokan kepada pelanggan dengan tingkat layanan yang sama, PGN membutuhkan tambahan portofolio pasokan gas bumi melalui bauran dengan gas LNG, yang juga ikut memengaruhi harga gas hilir.
Volume gas yang terdampak kenaikan harga, kata Rachmat, mencapai kurang lebih 23% dari total volume gas niaga dan merupakan jenis layanan gas non-HGBT.
Dia pun menggarisbawahi rencana kenaikan harga gas tersebut saat ini masih dikonsultasikan pemerintah. Jika tidak ada pendapat atau masukan dari pemerintah, maka harga gas non-HGBT akan dinaikkan per 1 Oktober 2023.
Menurut catatan PGN, jumlah pelanggan industri non-HGBT saat ini mencapai 2.297 industri yang tersebar di berbagai wilayah operasi perseroan.
Berdasarkan surat edaran kepada pelanggan gas industri non-HGBT, harga gas untuk pelanggan kategori Gold naik 29,8% bakal menjadi US$11,9 per metric million british thermal unit (MMBtu).
Harga gas untuk pelanggan kategori Silver akan naik 22,5% menjadi US$12 per MMBtu, untuk kategori Bronze 3 bakal naik 34,3% menjadi US$12,3 per MMBtu, sedangkan untuk kategori Bronze 3 akan naik 36% menjadi US$12,5 per MMBtu.
Adapun, untuk pelanggan kategori Bronze 1, kenaikan harga akan berlaku mulai 1 Januari 2024 dengan besaran kenaikan mencapai 66% menjadi Rp10.000 per meter kubik.
"Kenaikan harga gas ini akan menaikkan kembali inflasi price producer index [PPI] atau indeks harga produsen pada kuartal III-2023, yang sempat turun menjadi 1,56% secara year on year [yoy] pada kuartal II-2023," kata Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Prayadi.
(wdh)