“Jadi nanti dia nge-charge-nya ke mana? Apakah di rumah? Kan malah menambah beban. Kalau 440 watt kan enggak bisa juga. Itu dahulu semestinya yang harus diselesaikan, baru diberikan insentif itu tadi. Kalau sekarang, kebijakannya lompat; diberi insentif dahulu. Tidak akan efektif. Nyatanya, baru 196 kan itu yang konversi?”
Keraguan Konsumen
Fahmy menyebut mengubah perilaku pengguna sepeda motor dari konsumsi bahan bakar fosil menjadi listrik juga bukan perkara mudah. Terlebih, konsumen masih cenderung ragu dengan keandalan sepeda motor listrik, serta ketersediaan bengkelnya.
“Itu harus dikomunikasikan ke publik. Informasinya lengkap, beserta dengan manfaat motor listrik. Kemudian, baru disiapkan infrastrukturnya, apakah dari bengkelnya atau dari tempat untuk isi ulang baterainya. Kalau itu belum terselesaikan, berapapun diberikan subsidi tetap tidak akan ngefek. Enggak akan ngaruh,” tegasnya.
Pemerintah tengah menggodok kemungkinan menambah besaran insentif untuk konversi sepeda motor menjadi sepeda motor listrik dari pagu saat ini senilai Rp7 juta per unit.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan besaran ‘subsidi’ tersebut kurang menggairahkan untuk menarik minat konsumen mengonversi sepeda motor listrik.
Saat ini, lanjutnya, pemerintah pun tengah mengkaji opsi untuk menaikkan besaran insentif. Namun, dia belum dapat memerinci berapa kemungkinan kenaikan insentif untuk konversi sepeda motor listrik tersebut.
“Ya, sekarang [insentifnya] Rp7 juta kan, tetapi kami lagi melihat, kok [dengan bantuan] Rp7 juta ini tidak banyak yang mendaftar [konversi sepeda motor listrik]. Apakah ini kurang atau seperti apa? Itu juga salah satu yang akan masuk [pembahasan],” ujarnya seusai penandatanganan MoU produksi hidrogen hijau antara PLN, Pupuk Iskandar Muda, dan August Global Investment pada Senin (28/8/2023).
Saat ini, kata Dadan, pembahasan mengenai penambahan insentif konversi sepeda motor listrik baru dilakukan di tingkat internal Kementerian ESDM.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, jumlah peminat konversi sepeda motor listrik per akhir Juli mencapai 4.578 orang yang mayoritas atau 94% berasal dari Pulau Jawa. Angka tersebut naik cukup signifikan dari dua bulan sebelumnya yang hanya sebanyak 163 pemohon.
Kementerian ESDM selanjutnya akan memperbanyak bengkel konversi dan pelatihan demi memuluskan program. Targetnya akan ada 10 kota besar di Indonesia yang akan masuk daftar sosialisasi.
Saat ini tercatat sudah terdapaat 8 bengkel konversi bersertifikat dengan kapasitas 35.000 kendaraan motor per tahun. Selain itu, sudah ada enam bengkel terdaftar dan terverifikasi dengan aturan Kementerian Perhubungan.
Pemerintah menargetkan penyaluran insentif terhadap 200.000 unit motor listrik baru dan konversi pada 2023, dan tahun depan 600.000 motor listrik baru dan 150.000 motor konversi.
Nilai anggaran yang sudah disiapkan pada dua tahun tersebut masing-masing Rp1,75 triliun dan Rp55,25 triliun.
(wdh)