Logo Bloomberg Technoz

Dalam lanskap itu, nilai tukar rupiah berpeluang melanjutkan penguatan hari ketiga setelah kemarin ditutup menguat ke Rp15.260/US$ di pasar spot. Kurs tengah BI juga kemarin berhasil melanjutkan penguatan ke Rp15.263/US$.

Di pasar berjangka, kontrak nondeliverable forward rupiah diperdagangkan di level lebih kuat di kisaran Rp15.221/US$ sepekan ke depan dan Rp15.222/US$ untuk kontrak 1 bulan.

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi menguat hari ini. Dengan target penguatan terdekat menuju Rp15.244-Rp15.228/US$ pada trendline garis ungu. Level resistance potensial selanjutnya terdapat Rp15.206/US$ pada MA-200 yang menjadi target optimis.

Dalam tren jangka pendek, rupiah berpotensi membentuk tren pembalikan arah dengan terbentur indikator trendline garis biru pada level Rp15.320/US$ sebelumnya dan Rp15.340/US$ sebagai support terkuat, yang tercermin dari time frame daily dan menggaris chart dalam tren satu tahun ke belakang.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 30 Agustus (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

Rupiah cemerlang tahun depan

Peluang penguatan nilai tukar rupiah lebih besar di masa mendatang dengan sokongan kebijakan repatriasi devisa hasil ekspor yang akan memberikan sumbangan US$9 miliar per bulan ke cadangan devisa RI, menurut perhitungan Bank Indonesia. BI masih akan menjaga pergerakan rupiah tahun ini di kisaran Rp14.800-Rp15.200/US$. 

Sementara tahun depan, BI menyatakan rupiah akan dijaga di kisaran lebih optimistis di Rp14.600-Rp15.100/US$, demikian dinyatakan Gubernur BI Perry Warjiyo di hadapan anggota parlemen Selasa (29/8/2023). 

Bank sentral memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,15% pada kuartal III-2023 dan akan sedikit di atas 5% untuk sepanjang 2023 dengan bekal kinerja konsumsi domestik. "Ekonomi kita terbaik di dunia. Secara keseluruhan tahun ini sedikit di atas 5% dengan sumber pertumbuhan dari domestik khususnya konsumsi," kata Perry. 

Bekal yang sama juga akan mengantarkan Indonesia mencetak pertumbuhan pada 2024 di kisaran 5,1%-5,2%. Angka itu memang masih di bawah prediksi capaian pertumbuhan tahun ini yang diperkirakan mencapai 5,5%.

Namun, di tengah masih tidak pastinya prospek perekonomian global dengan bunga tinggi dan momok inflasi, capaian Indonesia masih mengesankan.

"Para milenial kita semakin kaya sehingga sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi umumnya sektor perdagangan, logistik, akomodasi, dan sektor jasa itu indonesia sudah 45% dari pertumbuhan ekonomi kita. Ini menjadi daya dorong ekonomi kita," kata Perry.

Berbagai survei indikator ekonomi yang telah dilakukan BI, kata Perry menunjukkan kondisi perekonomian masih tetap terjaga. Survei yang dimaksud terdiri dari indeks kepercayaan konsumen, survei perdagangan eceran, dan survei konsumen. 

"Jadi insya Allah ekonomi kita tahun depan akan lebih baik, perkiraan kita 4,7-5,5% bisa tercapai untuk tahun depan," katanya.

-- dengan analisis teknikal M. Julian Fadli dan laporan Mis Fransiska Dewi.

(rui)

No more pages